Rabu, 14 Agustus 2013

"Mengenangmu"

Kau hadir dalam hidupku, memberikan warna...
kau telah tiada, tetap memberikan warna dalam hidupku...
aku merindukanmu...

Masih kah ingat dirimu? Yang sering mengibas-ngibaskan tanganmu didepan mukaku? Yang saat itu aku sedang melamun?. Tersadar, lalu tertawa bersama. Saat terdiam, lalu saling menatap di dalam keheningan, dan kembali memecahkan hening tertawa bersama. Aku tak mengarti akan hal itu. Kau yang selalu memecahkan keheningan menjadi kehangatan. Memberi cahaya ketika aku dalam kegelapan. Hingga kau melelehkan hatiku. Kau... kau... selalu membarikan hal yang indah.
Sebenarnya...
Kau... bagaimana kamu disana? Aku berharap diatas sana kamu selalu setia memperhatikanku, menemaniku. Meski tak bisa melihat, menyentuh ragamu, aku akan berusaha merasakan keberadaanmu.
Kau... aku merindukanmu... aku merindukanmu akan semuanya... aku rindu kamu...
Bisakah kau kembali? Jangan biarkan aku menyalahkan Tuhan... dengan takdirmu, takdirku yang sudah tak bisa menyatu di dunia ini, membiarkan ku sendiri tanpa dirimu...
Mungkin benar, masa nanti... Tuhan akan mempertemukan kita dialam bakal. Semoga kita masih bisa bertemu...
Kau... aku merindukanmu... aku merindukanmu akan semuanya... aku rindu kamu...

Aku mengenang. Mengenang yang indah untuk mengingat saat-saat bersamamu. Karna mengenang... bagiku itu obat untuk bisa berjumpa denganmu, meski hanya bayangan, meski pada akhirnya menyesakan...

Aku ingat ketika itu... pada awalnya... hujan menciptakan dingin yang membuat kita mengingkari pertemuan penting kita. Ya! Itu Tanggal jadi kita. Sempat kecewa tak bisa merayaknnya, waktu sedang tak berpihak pada kita. Tapi kamu berusaha memberikan hari esok yang seakan-akan hari bisa kau beli, hari yang bisa kau miliki, untuk menenangkanku, bahwa hari esok kita bisa berjumpa, bisa merayakannya. Aku senang, itu membuatku tenang, meski hanya gombalamu saja.

Namun ternyata salah... waktu merancang, menciptakan pertemuan kita yang indah dengan menghadirkan gerimis menggantikan hujan.  

Kau dan motor kesayanganmu menerobos air yang membasahi bumi, menuju rumahku. Kau berniat memberikan suprise. Ingatkah? Kau yang berpura-pura sebagai pengantar kue dengan mengenakan jaket untuk menutupi wajahmu. Tapi itu tidak membuatku bodoh untuk tidak mengenalimu. Aku tahu sepatu Adidas biru langit kesayanganmu itu mmilikmu, jadi tak dapat dipungkiri bahwa itu kamu. kau... gagal memberikan suprise untukku, tapi kau berhasil membuatku senang bahagia.

Kaca matamu yang berembun saat membuka jaket yang menutupi wajahmu, itu membuatku tertawa. Kau mengendus, tapi lihat... bibirmu menjadi perhatianku, bibirmu kembali pucat. Aku khawatir, aku takut... tetap, kau menutupi sakitmu, membelai wajahku, menenangkanku, bahwa kau tak apa-apa. Kau... harusnya aku yang menenangkanmu membuatmu lebih kuat, bukan sebaliknya...

Blackforest, kue coklat kesukaanku. Kamu bilang meyakiniku blackforest itu buatanmu, spesial yang kamu buat untukku. Aku percaya... karna kamu tak pernah mendustaiku. Tapi aku tak habis pikir, kamu diluar adalah pribadi yang cu’ek dan itu yang membuatku jatuh cinta. Tapi disaat kita berdua, kamu adalah pribadi yang gombalannya dan humoranmu yang membuatku juga jatuh cinta. Ah... ternyata kamu semuanya yang membuatku jatuh cinta.

Oh iya kue itu yang masih hangat, dikirimkan spesial untukku dengan tangan buatanmu sendiri. Aku sempat ragu untuk memakannya. Takut ga enak, Takut diracun malah. Tapi ternyata tidak, yaa... manamungkinlah. Hemmmm saat itu juga kamu memberikanku coklat. Coklat yang kedinginan yang dikeluarkan dari jaketmu. Apakah kau juga kedinginan seperti coklat ini?

Sudah... aku harus sadar dari dunia kenangan kita. Aku takkan melupakan kenangan itu. Saat kamu berusaha membuat balckforest buatanmu yang kurasa itu terlalu manis, mengantarkannya menerjang hujan kedinginan, hingga coklat yang kau bawa disimpan dalam saku jaketmu terasa dingin, sedingin saat tubuhmu diguyur hujan. Namun... kau selalu berjuang untukku, apapun keadaanya. Terimakasih...

Aku bahagia... meski hanya mengenang tentangmu. Itu... bisa membuatku tersenyum.
Merindumu... tapi tak memilikimu, tapi kuharap kau bisa merasakan lukisan rinduku...
Semoga rinduku bisa memilikimu... kembali...
Dan semoga kau bahagia disana...
Tuhan... aku titipkan dia kepadamu, karna aku percaya Tuhan mengambilnya... karna Tuhan sayang dia...


M.RP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar