Kau
hadir dalam hidupku, memberikan warna...
kau
telah tiada, tetap memberikan warna dalam hidupku...
aku
merindukanmu...
Masih kah ingat dirimu? Yang sering
mengibas-ngibaskan tanganmu didepan mukaku? Yang saat itu aku sedang melamun?.
Tersadar, lalu tertawa bersama. Saat terdiam, lalu saling menatap di dalam
keheningan, dan kembali memecahkan hening tertawa bersama. Aku tak mengarti
akan hal itu. Kau yang selalu memecahkan keheningan menjadi kehangatan. Memberi
cahaya ketika aku dalam kegelapan. Hingga kau melelehkan hatiku. Kau... kau...
selalu membarikan hal yang indah.
Sebenarnya...
Kau...
bagaimana kamu disana? Aku berharap diatas sana kamu selalu setia memperhatikanku,
menemaniku. Meski tak bisa melihat, menyentuh ragamu, aku akan berusaha
merasakan keberadaanmu.
Kau...
aku merindukanmu... aku merindukanmu akan semuanya... aku rindu kamu...
Bisakah
kau kembali? Jangan biarkan aku menyalahkan Tuhan... dengan takdirmu, takdirku
yang sudah tak bisa menyatu di dunia ini, membiarkan ku sendiri tanpa dirimu...
Mungkin
benar, masa nanti... Tuhan akan mempertemukan kita dialam bakal. Semoga kita
masih bisa bertemu...
Kau...
aku merindukanmu... aku merindukanmu akan semuanya... aku rindu kamu...
Aku mengenang. Mengenang yang indah
untuk mengingat saat-saat bersamamu. Karna mengenang... bagiku itu obat untuk
bisa berjumpa denganmu, meski hanya bayangan, meski pada akhirnya menyesakan...
Aku ingat ketika itu... pada awalnya...
hujan menciptakan dingin yang membuat kita mengingkari pertemuan penting kita.
Ya! Itu Tanggal jadi kita. Sempat kecewa tak bisa merayaknnya, waktu sedang tak
berpihak pada kita. Tapi kamu berusaha memberikan hari esok yang seakan-akan
hari bisa kau beli, hari yang bisa kau miliki, untuk menenangkanku, bahwa hari
esok kita bisa berjumpa, bisa merayakannya. Aku senang, itu membuatku tenang,
meski hanya gombalamu saja.
Namun ternyata salah... waktu
merancang, menciptakan pertemuan kita yang indah dengan menghadirkan gerimis
menggantikan hujan.
Kau dan motor kesayanganmu menerobos air
yang membasahi bumi, menuju rumahku. Kau berniat memberikan suprise. Ingatkah? Kau
yang berpura-pura sebagai pengantar kue dengan mengenakan jaket untuk menutupi
wajahmu. Tapi itu tidak membuatku bodoh untuk tidak mengenalimu. Aku tahu sepatu
Adidas biru langit kesayanganmu itu mmilikmu, jadi tak dapat dipungkiri bahwa
itu kamu. kau... gagal memberikan suprise untukku, tapi kau berhasil membuatku
senang bahagia.
Kaca matamu yang berembun saat membuka
jaket yang menutupi wajahmu, itu membuatku tertawa. Kau mengendus, tapi
lihat... bibirmu menjadi perhatianku, bibirmu kembali pucat. Aku khawatir, aku
takut... tetap, kau menutupi sakitmu, membelai wajahku, menenangkanku, bahwa
kau tak apa-apa. Kau... harusnya aku yang menenangkanmu membuatmu lebih kuat,
bukan sebaliknya...
Blackforest, kue coklat kesukaanku.
Kamu bilang meyakiniku blackforest itu buatanmu, spesial yang kamu buat
untukku. Aku percaya... karna kamu tak pernah mendustaiku. Tapi aku tak habis
pikir, kamu diluar adalah pribadi yang cu’ek dan itu yang membuatku jatuh
cinta. Tapi disaat kita berdua, kamu adalah pribadi yang gombalannya dan humoranmu
yang membuatku juga jatuh cinta. Ah... ternyata kamu semuanya yang membuatku
jatuh cinta.
Oh iya kue itu yang masih hangat,
dikirimkan spesial untukku dengan tangan buatanmu sendiri. Aku sempat ragu
untuk memakannya. Takut ga enak, Takut diracun malah. Tapi ternyata tidak,
yaa... manamungkinlah. Hemmmm saat itu juga kamu memberikanku coklat. Coklat
yang kedinginan yang dikeluarkan dari jaketmu. Apakah kau juga kedinginan
seperti coklat ini?
Sudah... aku harus sadar dari dunia
kenangan kita. Aku takkan melupakan kenangan itu. Saat kamu berusaha membuat
balckforest buatanmu yang kurasa itu terlalu manis, mengantarkannya menerjang
hujan kedinginan, hingga coklat yang kau bawa disimpan dalam saku jaketmu
terasa dingin, sedingin saat tubuhmu diguyur hujan. Namun... kau selalu
berjuang untukku, apapun keadaanya. Terimakasih...
Aku
bahagia... meski hanya mengenang tentangmu. Itu... bisa membuatku tersenyum.
Merindumu...
tapi tak memilikimu, tapi kuharap kau bisa merasakan lukisan rinduku...
Semoga
rinduku bisa memilikimu... kembali...
Dan
semoga kau bahagia disana...
Tuhan...
aku titipkan dia kepadamu, karna aku percaya Tuhan mengambilnya... karna Tuhan
sayang dia...
M.RP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar