Jumat, 09 Agustus 2013

"Aku, Kamu Merindu"

Bintang malam sampaikan padanya
Aku ingin melukis sinarmu di hatinya
Embun pagi katakan padanya
biar kudekap erat peluk waktu dingin membelenggunya

Taukah engkau wahai langit
ku ingin bertemu membelai wajahnya
kupasang hiasan angkasa yang terindah
hanya untuk dirinya

*Krispatih – Lagu Rindu

“Kamu. Kamu bagaimana kabarnya? Baik-baik saja kan? Sehatkan? Oh iya, kamu sedang apa? Semoga waktu-waktumu diisi dengan yang luar bisa...” tapi aku enggan untuk bertanya menyapa seperti itu. Malu. Yang bisa dilakukan hanya mengetik dan menatap ke layar Handphone, membiarkannya beberapa saat, tak mengirimnya, lalu menghapunya. Bagiku, itu cukup melampiskan kerinduan ini. Aku juga ingin menyampaikan “akunya rindu kamu, kangen ingin jumpa...” ahhh lagi-lagi aku enggan menyampaikannya. Dan membiarkan begitu saja kerinduan ini menggantung di langit-langit relung hati ini. Berharap angin akan menyampaikan kerinduan ini padamu, dan kamu menangkap erat rindu ini. Hanya berharap.
Efek samping perpisahan kita adalah kerinduan ini makin meroket. Tapi bagaimanalah aku akan menyampaikannya? Aku malu, aku juga sepertinya tidak pantas menyampaikan rasa ini, karna aku wanita. Entahlah... begitu enggan aku yang terlahir sebagai perempuan menyampaikan rasa rindu ini terlebih dahulu. Aku hanya bisa menunggu untuk jawaban kerinduanmu juga, tanpa aku menyampaikannya dalam isi waktu harianku. Membosankan? Ya sangat membosankan! Tapi itulah efek samping aku yang enggan menyampaikan terlebih dahulu.
Akan mengasikan, dan tidak akan terasa hampa ketika kerinduan yang enggan di sampaikan hingga melahirkan kebosanan, ketika diri ini mengenang saat-saat bersama. Bernostalgia. Tapi mengenangpun ada waktu sadarnya. Aku sadar itu. Bahwa waktu sudah berbeda. Aku, kamu... sudah tak lagi bersama. Namun... aku harap mengenang tentangmu adalah cara terbaik untuk menghargai dirimu yang telah meninggalkanku. Meski terasa menyesakan.
Ah... betapa bahagianya. Ketika kamu, ya! Kamu! Mengirimkan pesan singkat. Menanyakan kabarku, menanyakan apa yang sedang kulakukan, hingga menayakan kabar mama. Yang sebenarnya cukup, bahkan lebih dari cukup untuk membuatku tersenyum bahagia.

Oh iya... terselip dipesan singkatmu, “kamu rindu aku”, yang bernilai sungguh-sungguh berharga. Angin telah menyampaikan kerinduan ini. Terimakasih. Aku juga rindu kamu... sebenarnya jika aku harus jujur, jika aku harus menyampaikan... sebenarnya apa arti kerinduan kita jika tak saling memiliki? Namun sekali lagi terimakasih, kamu yang telah meluangkan waktu untuk merindukanku.

#Isi Waktu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar