Senin, 15 September 2014

"Pesan. Sayangku Untuk Kalian"

Tuhan  tolonglah...
 sampaikan sejuta sayangku untuknya..
Betapa sesungguhnya aku mencintainya...

-Ada Band – Yang Terbaik Untukmu -

Cinta yang tak akan pernah hilang, sayang yang akan selalu utuh hanya untuk mereka... orang tuaku.

Sering ingin mengungkapkan, bahkan tak ingin terlewati bahwa aku sayang mereka... mah.. bah..

Mau disaat anaknya sedang sakit, mau disaat anaknya sedang bahagia, mau disaat anaknya sedang terpuruk, bahkan mau disaat anaknya sedang jauh pun mereka akan selalu menyempatkan untuk selalu ada buat anaknya. Iya! Mereka... akan berusaha membagi waktu untuk anaknya dalam keadaan apapun, dengan cara apapun. Begitupun mereka, Mamah dan Abah.

Entah... ada yang ingin aku ungkapkan untuk mereka... “aku sayang kalian... aku sangat sayang kalian... maafkan aku belum bisa membahagiakan kalian... maafkan aku juga belum menjadi anak yang baik untuk kalian... maafkan aku.. tapi aku sayang kalian”.
Maafkan aku... belum bisa mengungkapkan ini semua. Semoga kalian selalu dalam lindungan-Nya. Semoga aku masih bisa beri kebahagian untuk kalian, dan selalu melihat kalian tersenyum bahagia.


“Yaa Allah... Yaa Mu’min... Yaa Muhaimin... enggkau yang maha kuasa, engakau yang maha pemelihara keamanan, dan engkau yang maha penjaga... aku titipkan orang tuaku dalam lindunganmu. Berilah kesempatan untukku bisa membehagiakan mereka, selalu melihat mereka bahagia, sehat... jadikanlah aku menjadi anak yang berbakti pada mereka. Yaa Aliim... sampaikan bahwa aku sayang mereka, mencintai mereka... Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan ibu bapaku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyanyanyiku diwaktu kecil. Aamiin...”

Aku Sayang Kalian Mah.. Bah..

Sabtu, 05 April 2014

"Tentang Hal Ini..."


Waktu mengiringi jawaban yang kupertanyakan..


Tentang hal yang apa harus ku persiapkan waktu yang tak ingin kuduga, waktu yang tak ingin datang air mata terjatuh...
Iya! Tentang Kepahaman yang kucoba bangun, untuk menguatkanku, untuk bisa bersamamu...
Bersembunyi ketakutanku dalam senyuman
Hanya saja... tentang mundur untuk mencari jalan lain untuk maju
Tentang hal ini... waktu menjawabnya

Tentang hal yang terbaik untukmu... aku mundur untuk mencari jalan untuk maju. Memberi langkah untukmu berlari bersamanya...

Kamis, 30 Januari 2014

"Analogi sebuah Perubahan"

Hanya menganalogikan sebuah perubahan.

Sebelumnya, perubahan itu bukan semata-mata diciptakan dengan sendirinya tanpa ada dorongan. Bukan pula perubahan itu hadir mengalir begitu saja. Persepsi saya diwaktu ini, sebab mungkin saya mempersepsikan perubahan akan lain dari yang ini. Sengaja dilakukan, baik secara langsung atau tidak langsung itulah perubahan.

Oke terlalu ribet juga sih mengartikan sebuah perubahan.

Gini deh. Ketika memasak tentu dong perlu bumbu, ya garam, gula, merica, dan sebagainya. Buat apa? Anda taulah jawabannya. Dan ketika masakan tersebut sudah dikasi bumbu rasanya pun pas. Tidak keasinan dan tidak kemanisan, maka tidak seharusnya yang memasak ditambah lagi bumbu tersebut yang dirasa masih kurang. Padahal jelas-jelas sudah pas. Ini nih! Apa jadinya masakan tersebut kalo jadi tidak sesuai keinginan kita, ya tadi... jadi keasinan atau kemanisan. Ujung-ujungnya ga kemakan, mubazir. Meskipun tetep dipaksa dimakan? Pasti dong ada resikonya. Apa coba? *mikir keras

Ya gitu. Perubahan itu memang sengaja dilakukan tapi disini baik secara sadar atau secara tidak sadar, dan secara langsung ataupun tidak langsung. Perubahan juga mungkin bisa yaa mungkin bisa karna faktor adanya ketidakpuasan, ketidaknyamanan.

Perubahan itu banyak ya... tapi ngomong-ngomong pengen sedikit saja, yang menyangkut perasaan. Woaaaaaw apa tuh? *lebay juga ya ni heni

Kayak tadi, soal masakan. Perubahan perasaan bisa loh terjadi, sangat mungkin terjadi. Dari rasa suka jadi benci. Benci jadi suka. Benci tambah makin ilfil. Suka tambah makin menggila-gilai. Dan sebagainya. Itu akan aja terjadi. Kalo... tadi karna ada faktornya.

Gitulah... perubahan pasti ada resito. Mau baik kek, mau buruk kek. Tapi yang penting bisa paham, memahami bukan dari satu posisi/perpihak. Karna bagaimanapun porsi dalam posisi kita akan berbeda. Maka dari itulah untuk saling menghargai, pahamlah akan posisi dia bukan paham karna posisi diri sendiri saja.

Ngerti ga? Kalo ngerti ya syukur. Kalo engga? Baca lagi sampe ngerti ini tulisan aneh.



  

Rabu, 29 Januari 2014

"...?"


Terkadang aku merasa tak berdaya...
ketika rasa takut ini datang..
Terkadang aku merasa tak pantas...
ketika rasa takut ini datang...
Dan terkadang aku harus memaksakan rasa “paham” untuk menanklukan rasa takut ini...
Namun... bagaimanapun rasa takut ini membuatku lelah... lelah... lelah... lelah melemahkan...
Maafkan aku...
bisa bersamamu pun aku takut..
bagaimanapun pergi darimu pun aku takut..
aku tau bagaimana artinya bisa bersamamu..
aku juga tau bagaimana artinya ketika kehilangan..