Rabu, 26 Juni 2013

"Berteman Bayangmu..."

Seakan-akan tatapan ini kosong. Ternyata... Dihiasi wajah berseri-seri. Terlukis diwajah ini, senyum yang merona... membayang.
      Terdapat pahatan dalam benak ini tentangmu, bercahaya dalam isi relung-relung ini tentangmu, dan terukir dalam hati ini tentang tentangmu.
Ah... ternyata tentang ini hanya sekedar bayangan.
Meski sekejap bersama... kau menorehkan tinta merah muda yang terukir dalam hati ini dan yang indahkan bertahta dalam benak ini. Itu... menjadi penawar ketika rindu ini tak bisa kualihkan, kuhindari, hingga angin dan air hujan pun tak bisa menghapuskannya, serta teriknya sang matahari tak mampu mengeringkan dan melapukan torehanmu.
Kau yang menorehkan tinta itu, menjadikan tapak bayangan dalam setiap langkahku. Namun ternyata... walau hanya sekedar bayangan, rindu ini terobati. Tapi, ternyata bayangmu menjadi candu untuk mengobati kerinduan ini. Bayangmu menjadi teman hidupku.
Bayangan...
Bagaimanakah cara mengakhiri semua kerinduan ini bersama bayang-bayangmu? Akankah kemana kerinduan ini kupersembahkan untuk kusampaikan padamu, selain bayanganmu? Mungkinkah bayanganmu menyampaikan kerinduan ini padamu?
Aku tak bisa pahami, apa yang terjadi...
Hingga aku terlalu menggenggam erat untuk menjaga semua itu, yang tak ingin pudar walau hanya dengan bayanganmu. Ataukah... aku yang terlalu lemah  untuk menentang melepaskan bayanganmu?
Aku yang tak bisa menyampaikan. Hembusan angin yang tak bisa kualihkan, kuhindari kerinduan padamu, maka kerinduan ini kutitipkan padanya lewat hembusan anginnya. Dan air hujan yang tak bisa menghapus jejakmu, maka kerinduan ini kutitipkan padanya setiap rintikan yang merjatuh. Serta kerinduan ini dari cerianya terik sang cahaya matahari kutitipkan padanya setiap sinar yang ia pancarkan.


Bayangmu menjadi yang penawar... kerinduan ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar