Naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), yang telah
ditetapkan oleh DPR dalam Rapat Palipurna pada tanggal 18 Juni 2013,
menimbulkan pro dan kontra atas kebijakan yang telah diambil.
Kebijakan tersebut diambil tidak hanya semata-mata
untuk mengambil “keuntungan” bagi pemerintah saja. Dengan alasan mengambil kebijakan
tersebut karena salah satunya untuk menjalankan
program pemerintah yaitu BLSM. Program BLSM yang sudah dijalankan ke 14 Kota di
Indonesia dirasa belum efektif. Ya! Apakah dengan adanya pembagian BALSEM itu
tepat guna? Tepat pada masyarakat yang emang membutuhkan? Tidak terjadi salah
sasarankah? Dan data masyarakat miskin yang seharusnya mendapatkan BALSEM
tersebut apakah akurat?. Sepertinya pendataan yang seharusnya akurat pun tidak
terjadi, karena pendataan tidak langsung disurvey oleh “pemerintah yang
semestinya” maksudnya survey tersebut dilakukan oleh beberapa oknun tertentu
yang memanfaatkan keuntungan bagi dirinya. Dan apakah dengan adanya BALSEM yang
harus menaikan harga BBM itu menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia? Sekali
lagi! Apakah BALSEM tersebut akan merata luas untuk masyarakat miskin?.
Menaikan harga BBM dengan mengatasnamakan untuk
menjalankan program BLSM, tidakah lebih menguntungkan para poitisi /
pemerintah? Yang seharusnya itu tidak menggerus BLSM sendiri bagi masyarakat miskin.
Nah bagaimanakah BLSM sendiri akankah berlangsung lama?
Problematika ini menjadikan para pejuang, pembela
masyarakat, mengeluarkan aspirasinya. Namun aspirasi yang tadinya membela
mengatasnamakan masyarakat, malah salah penyampaian orasi dan demonya, sehingga masyarakat
sendiri terganggu, dan menyesali atas apa yang diperbuat oleh para mahasiswa.
Pantaskah mahasiswa berorasi dan berdemo, yang tadinya
ingin memperjuangkan hak masyarakat, ini? Malah merusak fasilitas yang ada
dimasyarakat itu sendiri. Tapi,
mahasiswa yang berintelegent, yang mempunyai etika, tidak akan berdemo urakan
seperti itu. Penyampaian aspirasi wakil dari masyarakat sendiri, hal berdemo
yang kesannya urakan seperti itu tidak terjadi.
Sumber yang pernah didapat, bahwa yang berdemo urakan
sampai merusak fasilitas masyarakat sendiri, itu bukanlah “mahasiswa yang
sebenarnya” . Namun mereka merupakan oknum-oknum tertentu untuk menjalankan
misinya, dengan demikian oknum tersebut ikut bergabung dengan “mahasiswa yang
sebenarnya” saat menyampaikan aspirasi, dengan berpura-pura sebagai mahasiswa. Dan
disaat itulah oknum tersebut mengompori situasi tersebut. Bahkan oknum-oknum
tersebut adalah orang bayaran yang ingin menghancurkan pemerintahan sekarang. Ya!
Secara tidak langsung aksi yang terjadi dan diliput oleh media masa yang
menyebar ke masyarakat, maka masyarakat sendirilah yang menilai bahwa
pemerintahan saat ini dinilai buruk. Karena itu dia, adanya mahasiswa gadungan/
oknum bayaran itulah yang sengaja ingin menjatuhkan pemerintahan sekarang.
Ya... meskipun mahasiswa yang asli juga banyak berdemo
mati-matian, mengeluarkan aspirasinya dengan mengatasnamakan kebaikan bersama sampai-sampai
merusak fasilitas yang digunakan masyarakat sendiri, namun dengan seperti
itu... bagaimana citra mahasiswa di mata masyarakat jika beraspirasinya aja
malah merusak merugikan masyarakat.
Meskipun demikian, naiknya harga BBM jika memang BLSM itu
sendiri dan Bantuan-bantuan lainnya akan menunjang kesejahteraan masyarakat,
kenapa tidak? Perlu disoroti kenaikan harga BBM ini jangan sampai malah
menunjang kesejahteraan pemerintahannya sendiri ~halah tidak etis!. Dan buat
apa? Kalau penyampaian aspirasi sendiri, malah dirusak sendiri dengan mencoreng
aspirasi dengan tingkah laku yang merusak citra. Kalau memang sebagai mahasiswa,
bagaimana ingin memperjuangkan hak masyarakat, citra sebagai mahasiswa dirinya
aja belum kemahasiswaan.
“...karena mahasiswa yang benar-benar berintelektual itu
tidak akan langsung berdemo, namun menganalisa apa penyebab permasalahan
tersebut muncul... nah jika banyaknya kemudharatan maka jalanya adalah
berdemo... dan kenapa tidak jika masih ada jalan lain, selain dengan cara berdemo?...”
A.RW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar