Kamis, 20 Juni 2013

“BBM NAIK, KESEJAHTERAAN KEMANA?...”

Naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), yang telah ditetapkan oleh DPR dalam Rapat Palipurna pada tanggal 18 Juni 2013, menimbulkan pro dan kontra atas kebijakan yang telah diambil.
Kebijakan tersebut diambil tidak hanya semata-mata untuk mengambil “keuntungan” bagi pemerintah saja. Dengan alasan mengambil kebijakan tersebut karena salah satunya untuk  menjalankan program pemerintah yaitu BLSM. Program BLSM yang sudah dijalankan ke 14 Kota di Indonesia dirasa belum efektif. Ya! Apakah dengan adanya pembagian BALSEM itu tepat guna? Tepat pada masyarakat yang emang membutuhkan? Tidak terjadi salah sasarankah? Dan data masyarakat miskin yang seharusnya mendapatkan BALSEM tersebut apakah akurat?. Sepertinya pendataan yang seharusnya akurat pun tidak terjadi, karena pendataan tidak langsung disurvey oleh “pemerintah yang semestinya” maksudnya survey tersebut dilakukan oleh beberapa oknun tertentu yang memanfaatkan keuntungan bagi dirinya. Dan apakah dengan adanya BALSEM yang harus menaikan harga BBM itu menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia? Sekali lagi! Apakah BALSEM tersebut akan merata luas untuk masyarakat miskin?.
Menaikan harga BBM dengan mengatasnamakan untuk menjalankan program BLSM, tidakah lebih menguntungkan para poitisi / pemerintah? Yang seharusnya itu tidak menggerus BLSM sendiri bagi masyarakat miskin. Nah bagaimanakah BLSM sendiri akankah berlangsung lama?
Problematika ini menjadikan para pejuang, pembela masyarakat, mengeluarkan aspirasinya. Namun aspirasi yang tadinya membela mengatasnamakan masyarakat, malah salah penyampaian orasi dan demonya, sehingga masyarakat sendiri terganggu, dan menyesali atas apa yang diperbuat oleh para mahasiswa.
Pantaskah mahasiswa berorasi dan berdemo, yang tadinya ingin memperjuangkan hak masyarakat, ini? Malah merusak fasilitas yang ada dimasyarakat itu sendiri.  Tapi, mahasiswa yang berintelegent, yang mempunyai etika, tidak akan berdemo urakan seperti itu. Penyampaian aspirasi wakil dari masyarakat sendiri, hal berdemo yang kesannya urakan seperti itu tidak terjadi.
Sumber yang pernah didapat, bahwa yang berdemo urakan sampai merusak fasilitas masyarakat sendiri, itu bukanlah “mahasiswa yang sebenarnya” . Namun mereka merupakan oknum-oknum tertentu untuk menjalankan misinya, dengan demikian oknum tersebut ikut bergabung dengan “mahasiswa yang sebenarnya” saat menyampaikan aspirasi, dengan berpura-pura sebagai mahasiswa. Dan disaat itulah oknum tersebut mengompori situasi tersebut. Bahkan oknum-oknum tersebut adalah orang bayaran yang ingin menghancurkan pemerintahan sekarang. Ya! Secara tidak langsung aksi yang terjadi dan diliput oleh media masa yang menyebar ke masyarakat, maka masyarakat sendirilah yang menilai bahwa pemerintahan saat ini dinilai buruk. Karena itu dia, adanya mahasiswa gadungan/ oknum bayaran itulah yang sengaja ingin menjatuhkan pemerintahan sekarang.
Ya... meskipun mahasiswa yang asli juga banyak berdemo mati-matian, mengeluarkan aspirasinya dengan mengatasnamakan kebaikan bersama sampai-sampai merusak fasilitas yang digunakan masyarakat sendiri, namun dengan seperti itu... bagaimana citra mahasiswa di mata masyarakat jika beraspirasinya aja malah merusak merugikan masyarakat.
Meskipun demikian, naiknya harga BBM jika memang BLSM itu sendiri dan Bantuan-bantuan lainnya akan menunjang kesejahteraan masyarakat, kenapa tidak? Perlu disoroti kenaikan harga BBM ini jangan sampai malah menunjang kesejahteraan pemerintahannya sendiri ~halah tidak etis!. Dan buat apa? Kalau penyampaian aspirasi sendiri, malah dirusak sendiri dengan mencoreng aspirasi dengan tingkah laku yang merusak citra. Kalau memang sebagai mahasiswa, bagaimana ingin memperjuangkan hak masyarakat, citra sebagai mahasiswa dirinya aja belum kemahasiswaan.

“...karena mahasiswa yang benar-benar berintelektual itu tidak akan langsung berdemo, namun menganalisa apa penyebab permasalahan tersebut muncul... nah jika banyaknya kemudharatan maka jalanya adalah berdemo... dan kenapa tidak jika masih ada jalan lain, selain dengan cara berdemo?...” A.RW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar