Sabtu, 21 April 2012

"Surat Amak (Salah Alamat)"


           Surat yang pernah diterima oleh amaknya yaitu dari Farhan yang sekarang babanya temen aku. Dulu nih katanya pas masa puber tepatnya masa SMA, amak menerima sepucuk surat yang penuh dengan puisi dari Farhan. Apa yaaa isinya? Hha. Isinya… tentang kekaguman Farhan kepada amak tepatnya dia sedang jatuh cinta. Wahhh amak akui kalo amak tuh seneng, tapi amak juga akui kalo dia cuma gadis kampung. Amak terlalu menyadarkan diri, amak Cuma wanita biasa-biasa yang ga pantes kalo bisa dapetin ketua OSIS, seperti Farhan.
            Surat balasan yang dikirim Farhan pada amak belum juga kunjung. Mungkin Farhan sempat berfikir, kalo amak ga akan suka sama orang kere seperti dia. Tapi Farhan masih penasaran. Takut-takut surat yang dikirim malah nyasar, ato malah ga nyampe ketangan amak. Kali ini Farhan benar-benar menyimpan surat itu ketas amak, untuk menyakini kali ini benar-benar terkirim.  Yang kebetulan waktu itu sedang istirahat.
            Lagi-lagi amak kaget dia mendapatkan surat keduanya yang berisi agar membalas surat pertamanya dari Farhan. Untuk kali ini, amak membalasnya. Amak menjelaskan tentang isi hatinya yang suka pada Farhan, namun amak juga jujur, karna dia ga pantas untuk dapetin ketua OSIS seperti dia.
            Langsung, amak berikan surat balasan itu ketangan Farhan. Sontak kaget diliat dari wajah Farhan yang mengkerutkan alisnya “apa ini?” dengan wajah bingung, Farhan menerima surat tersebut. “itu… baca saja” kata amak yang gugup, malu-malu, pipi yang memerah. Anggukan amak menandakan pamit sambil berlalu. Farhan yang terus meneliti apa isi surat yang diberikan amak.
            Menyobek ujung amplop dengan hati-hati. Akhirnya ia mendapatkan selembar kertas dengan tulisan miring tipis tebal rapi.
            Kaget. Farhan setelah membaca seluruh isi surat yang dilontarkan amak yang sepenuh hati ia curahkan pada surat itu. “untuk pertama kali, aku dapat surat pengakuan dari seorang wanita, bahwa dia mengagumiku, dan untuk pertama kali juga baru aku tau ada wanita yang melontarkan isi hatinya dengan berani…”. Kebingungan Farhan seakan-akan leleh dengan pengakuan amak. Ia membalas tentang kebingungannya, tapi juga ia mengakui perasaannya pada amak, dia juga suka pada amak.
            Surat balasan dari Farhan, langsung dikirim ke rumah amak. Lewat celah bawah bibir pintu. Amak langsung membaca surat balasan itu. Dengan penuh tanda tanya, senang, campur aduk. “kali ini puisi apa yang Farhan buat untukku?” amak yang mengharapkan puisi dari surat balasannya. Untuk kali ini, amak merasa aneh. Dari tulisan pertama sampai akhir, tulisan yang amak lihat merasa beda dari surat pertama dan kedua. Puisi yang amak tunggu pun tak ada dalam surat kali yang amak pegang. Bahkan isinya pun menjurus, bahwa amak wanita yang pemberani dengan pengungkapan hatinya. Maksudnya wanita yang menembak (menyatakan perasaan) pada laki-laki. “Padahal jelas-jelas Farhanlah yang menyatakan cinta pertama padaku, ko ini malah jadi terbalik, apa yang salah?”. Amak masih bingung dengan surat ketiga yang dipegangnya. “Apa jangan-jangan ini surat salah kirim?” selewat pertanyaan yang buat amat tambah bingung “lalu siapa Farhan yang sebenarnya?”.
            Surat balasan kali ini tidak panjang lebar. Amak hanya meminta Farhan untuk menemuinya disuatu tempat. Untuk mengklarifikasi.
                                                                        ***
             Ternyata memang benar. Surat yang tulisan rapi, penuh dengan puisi, bukan dari Farhan ketua OSIS, tapi Farhan yang lain, Farhan yang amak tidak ketahui sebelumnya. Yang amak tau hanya satu Farhan disekolahnya, sebagai ketua OSIS.



            Kalo jaman dulu, surat-surattan itu paling laku buat pe’de’ka’te’an. Nah kisah surat-suratan itu pernah dijalani juga oleh amak dan babanya temen aku. Yang sekarang jadi suami istri. Farhan Ketua OSIS yang sekarang jadi suami amak.

Uyay… maapin kalo ceritanya dilebayin hhaha Ceritanya juga jadi melenceng wkwkwk bae'laaaaaah hha

Sabtu, 14 April 2012

"Sepenggal Surat Darinya..."


assalamualaikum... 
Hei… senyum dong!!!
Betapa indahnya jika kau tak meneteskan lebih banyak air matamu itu, cantik… maafkan aku, jika kau sedang menangis, aku tak bisa berbuat apa-apa. Bukan aku tidak mempedulikanmu. Taukah?, karna jika aku bertanya dan mempedulikanmu, pasti kamu akan lebih menjadi, tangisanmu semakin tak bisa dihentikan, aku tak mau air matamu itu sia-sia dari sebuah kekecewanmu. Yang paling aku aneh darimu jika aku menyuruhmu untuk berhenti, kamu bilang menangis itu akan menyehatkan. Apakah itu alasannya?. Jika terlalu banyak menangis pun tak baik lov…
Jujur… cinta pertama untukku dan cinta terakhir untukku adalah dirimu. Disetiap hubungan, orang-orang yang berpasangan tentunya menginginkan kesetian pada pasangannya. Aku pun akan melakukan itu untukmu. Bukan karna umurku yang tak lama ini. Tapi aku benar mencintaimu, sayang padamu lov. Tapi aku tegaskan padamu, kamu jangan terlalu setia padaku,. kamu berhak untuk mendapatkan lelaki yang benar-benar mencintaimu, sayang padamu, lebih dariku. Aku… akan bahagia.
Bahagia lah… tetaplah menjadi pribadi yang nyaman pada dirimu, dan orang-orang. Pertahankan senyumanmu. Jagalah air matamu dari sebuah kekecewanmu, kemarahanmu, dan keterpurukanmu, untuk air mata yang menetes dalam sebuah kebahagian.
Maafkan aku… 
bahagiakanlah dirimu...

wassalam...
Bandung, 24 September 2011

M.R P 

Jumat, 13 April 2012

"tiga tahun terjawab, pergi lebih dari itu"


Tiga tahun tejawab, Pergi lebih dari itu
Adakah disana kau rindu padaku
Meski kita, kini ada didunia berbeda
Bila masih mungkin waktu kuputar
Kan ku tunggu dirimu…

Biarlah kusimpan…
Sampai nanti aku…
Kan ada disana…
Tenanglah dirimu, dalam kedamaian
Ingatlah cintaku…
Kau tak terlihat lagi…
Namun cintamu abadi…

          Tingginya berada dalam suasana sore yang begitu tenang, bahagia. Kenyataan tiga tahun yang kutunggu, ku inginkan kini terjawab. Tak menyangka. Keberanian yang kini aku ketahui. Senang?, bahkan lebih dari senang, bahagia?, lebih dari bahagia yang kurasa saat itu.
Tiba-tiba mengajakku yang masih dengan sikap cu’eknya, benarkah?. “jangan bercanda’lah… hari ini ibu lagi dirumah”. Terkejut saat ia akan meminta ijin pada ibu tuk jalan bareng ama anaknya. serus? Hahhhh… bingung apa sih maksudnya. Setau ku dia orang yang jarang bersosialisasi. Dia orang yang bener-bener penuh rahasia, buat penasaran, sampe-sampe waktu tiga tahun kurang ia baru menjelaskan. Dan benar, hari itu pun ia dateng kerumah. Sebelumnya ibu yang membuka pintu. Terdengar suara yang akrab seperti obroran teman sebaya, dan dengan bumbu tawaan yang sepercik. Mengkerutkan dahi. Siapa tamu yang ibu ajak obrol, sampe terdengar akrab?, tak mempedulikannya, hanya sekilas.
Selang beberapa menit ibu langsung buka pintu kamar. “ayooo, cepet siap-siap temen kamu lagi nunggu tuh”. Teman?, setahuku… hari ini ga ada acara ataupun jajian. Menengok dari lantai atas ternyata dia… wah… berarti yang tadi ngobrol ama ibu?. Turun langsung dari lantai atas “kamu seruis?”. Muka cu’eknya masih melekat hanya anggukan yang ia jawab. Menuju kamar yang masih penuh ribuan pertanyaan, ada apa ini sebenarnya, seneng sih, apalagi kalo mengingat obrolan dengan ibu yang begitu akrab. Padahal baru saling mengenal.
 Bukit, tempat yang begitu tinggi, udara yang sejuk, suasana sore yang begitu tenang membuat hari itu benar, benar, benar seneng, nyaman. Aku ga menyangka sikap yang aku ketahui selama tiga tahun kurang, menunjukan bahwa sebenarnyalah dia seperti itu nyatanya, hangat. Gugup, hening, tiba-tiba “inilah jawabanku”. Menatap matanya yang mulai berkaca-kaca dibalik kaca matanya. “hah? Tiga tahun ini kah?”. Dengan gugup ia menjelaskannya. Selama tiga tahun kurang ini, dia pun sama perasaannya. Dia menjelaskan selama dalam waktu tiga tahun ini dengan keadaanya. Cukup tenang dengan ungkapannya. Namun berasa barat dengan penjelasan yang ia beri tahukan.
  Lebih terbuka sejak kejadian kemarin. Yang aku kenal kini ia tuh orang yang begitu romantis, hangat, suka ngelucu juga. Beda sebelumnya orang yang begitu cu’ek, dingin, akhhh nyebelin’lah pokoknya.  Kami juga mengenal keluarga masing-masing. Lebih dekat dan akrab dengan ayahnya jika sedang mengobrol. Begitupun dia akrab dengan ayah dan ibu, tapi lebih akrab lagi dengan ibu. Namun disetiap aku ngobrol dengan ayahnya, pasti membahas kalo aku harus siap untuk kedepannya. Aku mengerti, aku juga akan mencoba itu, menerima itu.
Bukit itu menjadi tempat peraduan kita. Suka, duka, bahagia, sedih, ada masalah, atau apapun kita berada disana, selain tempat peraduan kami, tempat ibadah. Beberapa waktu, aku ingat perkataan ayahnya. Aku mulai takut, untuk kehilangannya. Aku sudah terlanjur untuk menerima apa adanya, namun untuk menerima ia pergi aku tak sanggup. Tak bisa menceritakan apa yang sedang kurasa pada dia, aku datang kebukit itu. Suasana sore, yang berbeda dengan suasana saat pertama kali aku datang dengannya. Sejuk menjadi berasa mencekam. Awan yang menghitam, mata pun ikut mendung. Air mata ini mulai jatuh, dan air hujan pertama, kedua,ketiga, dan semakin deras., yang berasa dunia ini merasakan keadaanku. Sakit untuk menerimanya pergi, semakin hati ini tak mau untuk ditinggalkanya air mata ini smakin mengalir. Tuhan… tolonglah beri kesempatan waktu yang lebih lama untuk bisa bersamanya…
            Pundak kanan yang tiba-tiba berasa hangat dengan tangan yang membelokan badan ku kearahnya. Kaget. Sepontan mengusap air mata ini. “kenapa?... ” wajahnya yang ingin membuatku lebih menagis tak ingin melihat wajah itu pergi. “ga papa, a’a’aku baik-baik aja ko, emang kenapa gitu?hhe”. jarinya yang langsung mengusap air mata ini yang menyatu dengan air hujan, langsung mengusap kepalaku, yang ia ketahui bahwa diriku sedang berbohong, “aku akan baik-baik aja”. Kali ini benar-benar pecah air mata tak bisa menahan depan dia.
            Beberapa bulan menjalani. Kini baru aku menyadari bahwa dia akan benar-benar pergi. Bagaimana dengan ku?. Keadaannya seminggu kemarin yang membuatku khawatir kini mulai kembali pulih.
            Macam-macam Coklat ia kumpulkan. Tak menyangka, perkiraan yang melenceng yang begitu cepat. Ia benar-benar pergi untuk slamanya. Kabar itu, benar-benar menusukku, menghantamku, benar-benar sakit, lebih dari sakit, sakit, sakit…. Hanya tertunduk, menahan semua tangis air mata ini, melihat orang yang begitu aku tunggu selama tiga tahun kurang untuk tidak disisiku selamanya. Yang begitu akrab dengan ibu, sekarang? Tiada…
            Tujuh hari kepergiannya. Ayahnya memberiku sebuah kotak. “kotak ini dari ******, dia tidak sempat memberikannya langsung. Sebelum dia pergi, dia ingin mengucapkan salam bahwa dia sangat menyayangimu nak, dia juga minta maaf atas kekurangannya”. Mendengar itu, aku bahagia, aku nahan air mata ini, untuk mencoba mengikhlaskannya.
            Membuka kotaknya aku begitu sedih, benar-benar tidak bisa menahan tangisan. Terharu dengan usahanya, ketika kotak itu berisi kumpulan macam-macam coklat yang ia kumpulkan. Ada beberapa surat, sebelum kami jadian. Yang tak terungkap selama tiga tahun kurang ini. Ternyata kenyataannya ia lebih-lebih dari perasaanku terhadapnya.
            Dirimu, yang kutunggu selama tiga tahun. Diriku bersabar. Namun sekarang diriku harus lebih bersabar, untuk bertemu ditempat yang tinggi yang lebih indah.

Jelaskan kepadaku
Mengapa takdir ini yang terjadi
Saat ku mengerti artinya mencinta
Secepat surga menginginkannya
Tuhan kembalikan dia padaku
Karna ku tak sanggup berada jauh darinya
kirimkan malaikat cinta untuknya
Sampaikan pesan dariku yang selalu merindunya

Kamis, 12 April 2012

"sesuatu (man jadda wajada) iseng-iseng berhadiah"


Untuk kedua kalinya aku berdiri dipanggung. Melihat semua orang, mata yang tertuju pada kami. Ngapain? Lagi aksi?... -_-!!! Bukan atu ihhh tampang unyu-unyu gini mana pantes aksiaksianan hahaha #abaikan. lagi ikut lomba vocal group nih.
      Pojok kiri dihadapan kami beberapa teman memberikan support “SEMANGAT” mengepalkan tangan penuh energy yang membara #weeiissss. Terharu, senang, tapi berasa ada beban, namun itu pula yang membuatku dan kawanku menjadi termotivasi untuk memberikan yang terbaik, setidaknya tidak memalukanlah dihadapan mereka. Meluangkan waktu, sampe-sampe bolos kuliah untuk menyemangati kami, gomawo semua.
      iseng sih pas kali pertama daftar. Tiga hari menuju hari H, disitulah kami mulai kelimpungan. “serius nih mau ikut?”. Aku ga begitu yakin dengan lomba ini. Keadaan ku yang susah sekali untuk menghafal, apalagi ini soal lagu wajib yang berbahasa perancis, karna memang acara La Semaine Francaise (LSF) diadakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis Universitas Pendidikan Indonesia. Tiga hari harus hafal?, wahhhh bagi aku sih agak berat yaaa. Tapi mba Resti selalu ngasih arahan “gini nih bacanya de… ca..ca ulang lagi yooo?!”, dan mba Resti pula yang ngasih arahan ke kawanku mba Ayu dan mba Uyay. Dia yang begitu semangat ikut acara ini.
      Sempat niat juga sih buat mundur dari acara ini. Pertama, kami ga begitu mahir ngearansemen silagu, bahkan aku ga ada banyangan sekali nih lagu harus digimanain. Mana diantara kami tuh ga ada yang bisa alat musik. Pembagian suaranya yang pas gimana pula?. Siapa yang mau jadi pengiring kami?. Banyak lah kendalanya. Wahhh sungguh galau. Eits… eits…eits… untung kami punya kenalan yang bisa diajak kerjasama “Bang Rangga Fauzan” dia bagai pahlawan bagi kami hahaha kebayang pilemnya shincan yang ada si pahlawan bertopengnya. #abaikan. Tapi sebenernya Bang Rangga pun ikut lomba vocal group dia acara LSF ini bersama temannya. Wahhh jujur semakin down, saingannya berat euy. Udahlah berasa ga ada harapan buat menang. Lagi-lagi mba Resti ngasih masukan “cari pengalamannya saja, soal menang ato kalah ma belakangan asal kita udah ngasih yang terbaik, dan jangan malu-maluin OK?”. Yowislah kalo mba Resti uda ngomong gitu ada benernya juga. Keinget novelnya A.Fuadi N5M “man jadda wajada” sepertinya boleh juga, untuk motivasi yang baru.
      Latihan pertama ama bang Rangga, empat jam yang langsung bisa ngearansemen dua lagu (lagu wajib Ben l’oncle Soulman dan lagu pilihannya Zamrud Khatulistiwa-Chrisye) ihhh waw, angkat jempol lah. Empat jam itu bener-bener digeder latihan bersama bang Rangga, latihan yang enjoy banget. Latihan kedua, tanpa bang Rangga dan music, hanya rekaman hari pertama bersama bang Rangga menjadi panduannya dan hanya latihan tiga jam setengah tapi lumayanlah. Latihan ketiga yaitu H-1 lagi, kita latihan bareng bang Rangga sekitar dua puluh menit kurang. Sisa waktunya latihan masing-masing dengan membagi waktu untuk tugas kuliah yang lain.
       Menghafal dimanapun kapanpun #wihhhhh sampe sikertas lirik lagu lecek ga karuan. Al’hasil aku bisa menghafal lirik lagu prancis itu “yehhhhh!!!” ya emang sih ada lirik yang kebelibet juga sih haha. Tapi berasa bangga gitu ya akunya, bisa ngafal lirik lagu tiga hari wahhhhh bahasa prancis pula hhihi.
***
Hari H tiba. Tim sukses #gayanya mba Syifa ngebela-belain datang nyubuh-nyubuh buat ngebantu kita. Pas waktunya daftar ulang nih… nah loh tegangnya ajegile. Liat muka mba Uyay ama mba Ayu aduhay berasa ga berbentuk #ups maksudnya saking tegangnya mukanya ga kaya biasanya. Muka yang biasa, nyantai tuh ya mba Resti. “aduh mba Res… ko bisa sih nyantai kayak gitu?”. Mba Syifa tim sukses kami, dan kawan yang lain mba Mer, mba Windri, Teh Arin, ama mba Farah mereka support kami. Ga terlalu dagdigdug karna support dari mereka.
Pas tibanya urutan no 5 yaaak bang Rangga dan kawan-kawan yang tampil. Huuuuhh setelah mereka tampil ya giliran kami no urut 6, dan tibalah waktunya. Setelah Bang Rangga tampil, dia juga langsung ngiringin lagu yang kami bawakan. Hemmm inget masa silam, untuk kedua kalinya aku naik panggung lagi.
Pertama memasuki panggung tepukan tangan meriah. Kembali tegang jreng… saat intro pertama diayunkan. Mulai menyayi. Sedikit melirik pojok kiri hadapan kami, kawan kami, tim sukses kami melihat acungan dua jempol mereka saat melantunkan lagu yang kami bawa. Disitulah ketegangan berasa sirna, jadi enjoy, rileks, karna meraka. Lagu pertama ya lagu wajib dibawakan lumayan lah, sebenarnya ada yang aku lupa liriknya dan mba Resti pun sama, namun kita saling menambal silirik yang bolong tuh hhe. Untuk lagu kedua pun lumayan lah. Kesimpulannya penampilan kami tidak memalukan hihi. Selesai membawakan lagu, tepuk tangan pun kembali menguak. Lega.
***
Selang satu hari perlombaan, pengumuman pemenangnya pun dikoarkan. Sebenernya ada kuliah, Cuma maksa buat tau menang engganya. Mba Resti, mba Syifa, ama mba Ayu, satu jam lebih mereka nunggu pengumumannya. Eh ternyata pengumumannya sekitar setengah empattan. Akunya sih nunggu dikelas, uhhh jantungnya berasa lemes hhaha.
Dateng-dateng senyum-senyum. Curiga nih, ada apa nih. “Gimana menang ga mba?”. Jawabanya malah ketawa’lah. “hemmm, serius nih!, menang ga?” penasaran. “ye liat aja muka kita (ekspresinya), gimana?”, bener-bener bikin penasaranlah ini orang “lagi senang… berarti menang dong? tapi ko pialanya ga ada, ayoooo’lah mba gimana manang ga?”. Lagi-lagi mereka tertawa sampe terbahak-bahak ngetawain aku. “aduh de, pengumumannya tuh nanti jam empat sore, hahaha!”. “hah?, bilang ke dari tadi!, ngetawain lagi… huh!!!”. Kuliah berlangsung pun, padahal lagi presentasi ga konsen nunggu jam empat.
Jam empat kami ke gedung ampliteater. Saat kuliah berlangsung ternyata ada yang ngasih info lewat sms dari panitia LSF “selamat ya teman-teman PGPAUD, kalian menang juara tiga dalam lomba vocal group”. Seneng banget, tapi ga seru banget pengumumannya lewat sms, asa ga kejutan gitu ya. Yahhh ga apalah. Kami juara tiga ga nyangka, kaliamat “man jadda wajada” memang kalimat motivasi yang mutakhir. Dan bang Rangga dan kawan-kawan juara satu, udah ketebak.
“Terimakasih buat Allahku alhamdullilah… mamah-mamah yang mengiringi dengan do’a kami… mba resti, mba ayu, mba uyay makasih kerjasamanya… mba syifa tim yang benar-benar membantu kami… mba merry, mba windri, mba farah, the arin ama teman semuanya yang support kami… dan bang Rangga yang uda mau ngeluangin waktunya buat bantu kami tengkyuuuuuu bang… dan acara LSF ini. Makasih seeeee’muaaaaanyaaaaa :* gomawo”.

       
       

Jumat, 06 April 2012

"Tatapan"


Penampilannya sangat sederhana. Namun itu yang membuat diriku terpukau. Hemmm, melihatnya... apa yaaa???, dari gaya rambut seperti Justin Bieber hhaha enga deng, pokoknya gaya rambut yang aku ga tau itu apa namanya, rambut lurus sedikit galing-galing ga lepek dan rapi sesuai model jamannya lah. Matanya… seperti almond dibalik kaca mata itu yang aku ngefens dari dia, tatapannya tajam mengisyaratkan ada sesuatu hal ingin disampaikan. Hidung mancung, perpaduan pipi dan bentuk wajah yang sesuai. Badannya ga gemuk ga kurus juga, sedang-sedang lah, tinggi, kulitnya… kulit tropis, Indonesia bangetlah, emmm… kalo dari segi penampilannya dia tuuuh bersih, rapi, wangi, dan yang aku suka, dia tuh bisa mempadukan warna dan gaya sesuai bodynya. Ciri khas dia tu, kalo sekolah suka pake jaket, ato ga didouble kemeja si seragam sekolahnya tuh. Ga begitu bisa mengdeskripsikan dia tuh seperti apa hhehe.
            Bicara tentang kaca mata. Tah tau kenapa, enak aja gitu… kalo liat orang yang berkacamata, tapi pilihan juga lah. Biasanya orang berkacamata itu ulet, pinter, emmm ada yang ngomong juga biasanya pendiam, katanya sih. Itu khusus buat orang yang berkaca matanya emang karna minus atau apalah, bukan karna alay.
            Beda kalo jaman sekarang tuh. Kebanyakan orang yang sekarang pake kaca mata, bukan karna emang minus atau apalah, tapinya karna gaya-gayaan. Ehhh tapi yang aku liat, mereka tuh gaya-gayaannya  aduhhhh hampir ke’alay #ups hihi mending gitu yaa kalo sikaca matanya bermerk, lah ini? Hhaha
             Kembali. Perubahan yang begitu cukup drastis bagi saya. Dan tentunya perubahan itu alhamdullilah yang membuat diriku nyaman dan orang lain pun nyaman dengan perubahanku, semoga perubahan ini pun bisa menjadi inspirasi atau pun motivasi bagi semua. Sebenarnya perubahan itu, niat awal karna ingin menjadi wanita sholeh untuk dia. Namun, ini kehidupanku untuk kebaikan sekarang dan nanti, aku ubah posisi niat ini. Menjadi dia yang kedua.  Senang… perubahan ini pun didukung oleh dia, “selamat, pasti kamu bisa melewati semua”. Aku tau maksudnya dia. Konsekuensi perubahan ini, yang harus diperkuat iman.
***
            Sepatu Vans bercorak warna hitam, merah, putih atau Sepatu Adidas yang dominan warna putih yang dipadukan warna biru langit dan hitam itu yang menjadi patokanku kalo dia ada. Dan memang benar dia ada. Perkenalan awal karna tatapan tajam dibalik kaca matanya yang menyorot bola mataku. Huhhhh tangan ini dingin sekali. Gugup? Yaaaa, Terpaku? Terpukau? Hahhhh semua itu ada, nampak sekali.
            Apa pulalah ini perasaan yang aku rasa?, Sama kah seperti dia?. Menunggu apa yang ingin dia katakan. Kenapa?, isyarat tatapannya itu loh buat penasaran. Yaaa seperti ada yang ingin disampaikan. Setiap ada tatapan itu, setiap pula bibirnya ingin menyampaikan sesuatu… namun apalah kesempatan waktu tak memberikan.
            “tunggu saja waktunya!, sabar ”. empat kata, yang membuat aku semakin penasaran. Apa maksudnya? Ga ngerti akunya. Lama, menunggu apa yang ingin disampaikan. Ternyata hanya ingin menyampaikan “tunggu saja waktunya, sabar…”. Sampai saat ini, masih menggantung apa maksud perkataan itu. Aku akan tunggu, kepastian dari kata-katamu, meski waktu sudah tiga tahun berlalu.

Meriliriknya suatu keinginan, untukku…
Menatapnya suatu kekaguman, bagiku…
Membaui aromanya suatu ketenangan dalam jiwaku…
Merindukannya suatu keterbiasaan dalam hidupku…

"emmm... kejelasan apa yang ingin disampaikan?"