Jumat, 13 April 2012

"tiga tahun terjawab, pergi lebih dari itu"


Tiga tahun tejawab, Pergi lebih dari itu
Adakah disana kau rindu padaku
Meski kita, kini ada didunia berbeda
Bila masih mungkin waktu kuputar
Kan ku tunggu dirimu…

Biarlah kusimpan…
Sampai nanti aku…
Kan ada disana…
Tenanglah dirimu, dalam kedamaian
Ingatlah cintaku…
Kau tak terlihat lagi…
Namun cintamu abadi…

          Tingginya berada dalam suasana sore yang begitu tenang, bahagia. Kenyataan tiga tahun yang kutunggu, ku inginkan kini terjawab. Tak menyangka. Keberanian yang kini aku ketahui. Senang?, bahkan lebih dari senang, bahagia?, lebih dari bahagia yang kurasa saat itu.
Tiba-tiba mengajakku yang masih dengan sikap cu’eknya, benarkah?. “jangan bercanda’lah… hari ini ibu lagi dirumah”. Terkejut saat ia akan meminta ijin pada ibu tuk jalan bareng ama anaknya. serus? Hahhhh… bingung apa sih maksudnya. Setau ku dia orang yang jarang bersosialisasi. Dia orang yang bener-bener penuh rahasia, buat penasaran, sampe-sampe waktu tiga tahun kurang ia baru menjelaskan. Dan benar, hari itu pun ia dateng kerumah. Sebelumnya ibu yang membuka pintu. Terdengar suara yang akrab seperti obroran teman sebaya, dan dengan bumbu tawaan yang sepercik. Mengkerutkan dahi. Siapa tamu yang ibu ajak obrol, sampe terdengar akrab?, tak mempedulikannya, hanya sekilas.
Selang beberapa menit ibu langsung buka pintu kamar. “ayooo, cepet siap-siap temen kamu lagi nunggu tuh”. Teman?, setahuku… hari ini ga ada acara ataupun jajian. Menengok dari lantai atas ternyata dia… wah… berarti yang tadi ngobrol ama ibu?. Turun langsung dari lantai atas “kamu seruis?”. Muka cu’eknya masih melekat hanya anggukan yang ia jawab. Menuju kamar yang masih penuh ribuan pertanyaan, ada apa ini sebenarnya, seneng sih, apalagi kalo mengingat obrolan dengan ibu yang begitu akrab. Padahal baru saling mengenal.
 Bukit, tempat yang begitu tinggi, udara yang sejuk, suasana sore yang begitu tenang membuat hari itu benar, benar, benar seneng, nyaman. Aku ga menyangka sikap yang aku ketahui selama tiga tahun kurang, menunjukan bahwa sebenarnyalah dia seperti itu nyatanya, hangat. Gugup, hening, tiba-tiba “inilah jawabanku”. Menatap matanya yang mulai berkaca-kaca dibalik kaca matanya. “hah? Tiga tahun ini kah?”. Dengan gugup ia menjelaskannya. Selama tiga tahun kurang ini, dia pun sama perasaannya. Dia menjelaskan selama dalam waktu tiga tahun ini dengan keadaanya. Cukup tenang dengan ungkapannya. Namun berasa barat dengan penjelasan yang ia beri tahukan.
  Lebih terbuka sejak kejadian kemarin. Yang aku kenal kini ia tuh orang yang begitu romantis, hangat, suka ngelucu juga. Beda sebelumnya orang yang begitu cu’ek, dingin, akhhh nyebelin’lah pokoknya.  Kami juga mengenal keluarga masing-masing. Lebih dekat dan akrab dengan ayahnya jika sedang mengobrol. Begitupun dia akrab dengan ayah dan ibu, tapi lebih akrab lagi dengan ibu. Namun disetiap aku ngobrol dengan ayahnya, pasti membahas kalo aku harus siap untuk kedepannya. Aku mengerti, aku juga akan mencoba itu, menerima itu.
Bukit itu menjadi tempat peraduan kita. Suka, duka, bahagia, sedih, ada masalah, atau apapun kita berada disana, selain tempat peraduan kami, tempat ibadah. Beberapa waktu, aku ingat perkataan ayahnya. Aku mulai takut, untuk kehilangannya. Aku sudah terlanjur untuk menerima apa adanya, namun untuk menerima ia pergi aku tak sanggup. Tak bisa menceritakan apa yang sedang kurasa pada dia, aku datang kebukit itu. Suasana sore, yang berbeda dengan suasana saat pertama kali aku datang dengannya. Sejuk menjadi berasa mencekam. Awan yang menghitam, mata pun ikut mendung. Air mata ini mulai jatuh, dan air hujan pertama, kedua,ketiga, dan semakin deras., yang berasa dunia ini merasakan keadaanku. Sakit untuk menerimanya pergi, semakin hati ini tak mau untuk ditinggalkanya air mata ini smakin mengalir. Tuhan… tolonglah beri kesempatan waktu yang lebih lama untuk bisa bersamanya…
            Pundak kanan yang tiba-tiba berasa hangat dengan tangan yang membelokan badan ku kearahnya. Kaget. Sepontan mengusap air mata ini. “kenapa?... ” wajahnya yang ingin membuatku lebih menagis tak ingin melihat wajah itu pergi. “ga papa, a’a’aku baik-baik aja ko, emang kenapa gitu?hhe”. jarinya yang langsung mengusap air mata ini yang menyatu dengan air hujan, langsung mengusap kepalaku, yang ia ketahui bahwa diriku sedang berbohong, “aku akan baik-baik aja”. Kali ini benar-benar pecah air mata tak bisa menahan depan dia.
            Beberapa bulan menjalani. Kini baru aku menyadari bahwa dia akan benar-benar pergi. Bagaimana dengan ku?. Keadaannya seminggu kemarin yang membuatku khawatir kini mulai kembali pulih.
            Macam-macam Coklat ia kumpulkan. Tak menyangka, perkiraan yang melenceng yang begitu cepat. Ia benar-benar pergi untuk slamanya. Kabar itu, benar-benar menusukku, menghantamku, benar-benar sakit, lebih dari sakit, sakit, sakit…. Hanya tertunduk, menahan semua tangis air mata ini, melihat orang yang begitu aku tunggu selama tiga tahun kurang untuk tidak disisiku selamanya. Yang begitu akrab dengan ibu, sekarang? Tiada…
            Tujuh hari kepergiannya. Ayahnya memberiku sebuah kotak. “kotak ini dari ******, dia tidak sempat memberikannya langsung. Sebelum dia pergi, dia ingin mengucapkan salam bahwa dia sangat menyayangimu nak, dia juga minta maaf atas kekurangannya”. Mendengar itu, aku bahagia, aku nahan air mata ini, untuk mencoba mengikhlaskannya.
            Membuka kotaknya aku begitu sedih, benar-benar tidak bisa menahan tangisan. Terharu dengan usahanya, ketika kotak itu berisi kumpulan macam-macam coklat yang ia kumpulkan. Ada beberapa surat, sebelum kami jadian. Yang tak terungkap selama tiga tahun kurang ini. Ternyata kenyataannya ia lebih-lebih dari perasaanku terhadapnya.
            Dirimu, yang kutunggu selama tiga tahun. Diriku bersabar. Namun sekarang diriku harus lebih bersabar, untuk bertemu ditempat yang tinggi yang lebih indah.

Jelaskan kepadaku
Mengapa takdir ini yang terjadi
Saat ku mengerti artinya mencinta
Secepat surga menginginkannya
Tuhan kembalikan dia padaku
Karna ku tak sanggup berada jauh darinya
kirimkan malaikat cinta untuknya
Sampaikan pesan dariku yang selalu merindunya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar