Kamis, 13 September 2012

"PIPIT ALZHEIMER"



            Namaku Pipit. Saya berumur 18 tahun. Anak wanita satu-satunya dari dua bersaudara. Wanita periang, lucu, emmmm cantik juga. Wanita yang mengganggap dirinya normal. Wanita yang tidak mempunyai penyakit serius. Tapi terkadang penyakit lupa ini menggangguku hhe itu anggap hal yang biasa bagiku.
            Periang dan lucu. Itu semua hanya anggapan orang yang hanya melihat diriku dari luar. Betapa tidak. Bunda yang seharusnya selalu menemaniku, kini ia pergi dengan gaun, mahkota, dan sayap-sayap yang cantik menghiasinya. Entah… alasan apa bunda meninggalkan aku, kakak, dan ayah. Padahal jika bunda tau, kami… kami masih membutuhkanmu bunda…
Jika engkau ada, aku akan selalu memberikan senyuman terindah untukmu bunda…  
Jika engkau ada, aku tak akan membiarkan air mata bunda menetes… bahkan mengalir, tak akan ku biarkan bunda…
Jika engkau ada, aku akan menyayangimu… meski, meski kasih sayang bunda takkan terganti, takkan terbanding…
Jika engkau ada, aku… aku rindu engkau bunda…
Rindu pelukanmu…
Rindu belaianmu…
Rindu kasih sayangmu…
Rindu semua yang ada pada mu, bunda…
Aku rindu…
            Iya!, saya ingin bunda kembali untukku, untuk kami, keluarga kecil kami. Dan saya hanya ingin bunda kembali, jika itu bundaku. Bukan yang lain. Tapi… entah, ayah terlalu mempedulikanku hingga ia membawa bunda baru. Bunda yang hanya menganggap anaknya sebagai kacung, bunda yang tidak ada sebutir pasir pun kasih sayangnya, bunda yang tidak ada belaian untuk anaknya tapi hanyalah tamparan yang mendarat dipipi ini. Padahal yang ku ingin bukan pengganti bunda, tapi aku hanya ingin bunda ku seorang, yang tidak ingin bunda ku digantikan, ayah…
            Mungkin anda menganggap kisah atau takdir atau perjalanan hidup ku seperti Cinderlella. Hampir mirip. Tapi dalam sekenario hidup ku tak ada kakak tiri. Hanyalah bunda tiri, yang bahkan melipat gandakan kejahatan ibu dan kakak-kakak dari kisah Cinderlella. Jauh berbeda. Kini aku merasakan kepedihan adanya bunda tiri dalam hidupku. Entah apa yang diinginkan bunda tiriku… Harta? Kekayaan? Tahta? Atau yang berbentuk materi lainnya?, tidak mungkin! tidak mungkin itu yang ia inginkan!. Karna bunda tiriku bahkan lebih kaya dari ayah. Lalu apa?...
            Kejadian itu tidak membuat ku untuk murung dihadapan teman-temanku. Karna hidupku dihadapan mereka sayalah periang.
***
            Entah… kepalaku akhir-akhir ini sering pusing. Bahkan mata normalku, sekarang… lebih terasa perih, buram, terkadang mata ini tidak suka dengan cahaya banyak, Ia akan mudah lelah. Aku takut… takut mata normal ku ini terjadi sesuatu. Hingga ayahlah yang menemaniku berobat. Dan hasilnya, saya bersyukur sekali tidak minus. Tapi… dokter memberi rujukan untuk di periksa pada bagian kepalaku yang sering pusing, mungkin itu akan berpengaruh pada mataku.
            Setelah mendapatkan hasil. Dokter hanya berbicara empat mata dengan ayah. Sedangkan aku… aku hanya menunggu di lobby. Tapi setelah ayah keluar tidak membawa hasil scan pemeriksaanku. Ayah hanya ingin anaknya mengambil hasil scan itu dengan bersama-sama.
            Mendapat daun pintu ruanagan dokter, yang merasakan hal yang aneh. Tapi setelah saya masuk, dokter malah menyambutku dengan tutur-tuturnya yang ramah. Awal kami berbincang bincang ringan dengan bumbu tawa. Kemudian perbincangan kami mulai serius. berikutnya perbincangan kami, benar-benar pada tahap serius. yang membuat ku pusing, mata yang kurasakan mulai tidak jelas, bibir ini pun sudah berbicara solaholah tidak menerima, dan hati ini pun memberontak, hingga tubuh ini bergemetar refleks. Tidak mungkin aku mengidap kanker jaringan otak!, bahkan mengidap penyakit alzhemer!... yang menyebabkan aku sering lupa. Dan penyebab itu karna adanya tekakanan, dan sering menerima benturan benda keras.
Apa aku harus menerima ini semua?... tapi nyatanya diriku harus menerima. Tapi bagaimana aku menerima ini semua. Aku masih berumur 18 tahun. Tidak mungkin, bahkan beranggapan dokter salah bahwa saya mengidap penyakit Alzheimer. Sindrom itu hanya untuk orang tua yang telah lanjut usia. Dokter salah memeriksa ku. Mana mungkin pula aku punya penyakit kanker.  
            Tapi… seakan-akan Alzheimer ini benar-benar meradang. Akhir-akhir ini Benar-benar aku sangat ingin selalu bersama bunda tiriku, padahal bunda tiri tetap saja bersikap macam macan mengaung agar mendapatkan mangsanya. Tapi entah perasaan ini selalu berontak memberi sinyal bahwa bunda tiri adalah jahat namun aku terkadang menentang itu, tapi terkadang sadar dengan sikapku… aku ini bersikap macam apa…
            Aku ingin menjadi dan tetap menjadi wanita normal. saat aku… bisa menyusul dan bertemu bunda… bunda nyataku bunda yang rindukan. Dan mengakhiri kesengsaraan ini.

#Ini cerita nape jadi kesini…. Nyasar ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar