Namaku
Pipit. Saya berumur 18 tahun. Anak wanita satu-satunya dari dua bersaudara. Wanita
periang, lucu, emmmm cantik juga. Wanita yang mengganggap dirinya normal.
Wanita yang tidak mempunyai penyakit serius. Tapi terkadang penyakit lupa ini menggangguku
hhe itu anggap hal yang biasa bagiku.
Periang
dan lucu. Itu semua hanya anggapan orang yang hanya melihat diriku dari luar.
Betapa tidak. Bunda yang seharusnya selalu menemaniku, kini ia pergi dengan
gaun, mahkota, dan sayap-sayap yang cantik menghiasinya. Entah… alasan apa
bunda meninggalkan aku, kakak, dan ayah. Padahal jika bunda tau, kami… kami
masih membutuhkanmu bunda…
Jika engkau ada, aku akan selalu
memberikan senyuman terindah untukmu bunda…
Jika engkau ada, aku tak akan
membiarkan air mata bunda menetes… bahkan mengalir, tak akan ku biarkan bunda…
Jika engkau ada, aku akan menyayangimu…
meski, meski kasih sayang bunda takkan terganti, takkan terbanding…
Jika engkau ada, aku… aku rindu engkau
bunda…
Rindu pelukanmu…
Rindu belaianmu…
Rindu kasih sayangmu…
Rindu semua yang ada pada mu, bunda…
Aku rindu…
Iya!,
saya ingin bunda kembali untukku, untuk kami, keluarga kecil kami. Dan saya
hanya ingin bunda kembali, jika itu bundaku. Bukan yang lain. Tapi… entah, ayah
terlalu mempedulikanku hingga ia membawa bunda baru. Bunda yang hanya menganggap
anaknya sebagai kacung, bunda yang tidak ada sebutir pasir pun kasih sayangnya,
bunda yang tidak ada belaian untuk anaknya tapi hanyalah tamparan yang mendarat
dipipi ini. Padahal yang ku ingin bukan pengganti bunda, tapi aku hanya ingin
bunda ku seorang, yang tidak ingin bunda ku digantikan, ayah…
Mungkin
anda menganggap kisah atau takdir atau perjalanan hidup ku seperti Cinderlella.
Hampir mirip. Tapi dalam sekenario hidup ku tak ada kakak tiri. Hanyalah bunda
tiri, yang bahkan melipat gandakan kejahatan ibu dan kakak-kakak dari kisah
Cinderlella. Jauh berbeda. Kini aku merasakan kepedihan adanya bunda tiri dalam
hidupku. Entah apa yang diinginkan bunda tiriku… Harta? Kekayaan? Tahta? Atau
yang berbentuk materi lainnya?, tidak mungkin! tidak mungkin itu yang ia
inginkan!. Karna bunda tiriku bahkan lebih kaya dari ayah. Lalu apa?...
Kejadian
itu tidak membuat ku untuk murung dihadapan teman-temanku. Karna hidupku
dihadapan mereka sayalah periang.
***
Entah…
kepalaku akhir-akhir ini sering pusing. Bahkan mata normalku, sekarang… lebih
terasa perih, buram, terkadang mata ini tidak suka dengan cahaya banyak, Ia
akan mudah lelah. Aku takut… takut mata normal ku ini terjadi sesuatu. Hingga
ayahlah yang menemaniku berobat. Dan hasilnya, saya bersyukur sekali tidak
minus. Tapi… dokter memberi rujukan untuk di periksa pada bagian kepalaku yang
sering pusing, mungkin itu akan berpengaruh pada mataku.
Setelah
mendapatkan hasil. Dokter hanya berbicara empat mata dengan ayah. Sedangkan
aku… aku hanya menunggu di lobby. Tapi setelah ayah keluar tidak membawa hasil
scan pemeriksaanku. Ayah hanya ingin anaknya mengambil hasil scan itu dengan
bersama-sama.
Mendapat
daun pintu ruanagan dokter, yang merasakan hal yang aneh. Tapi setelah saya
masuk, dokter malah menyambutku dengan tutur-tuturnya yang ramah. Awal kami
berbincang bincang ringan dengan bumbu tawa. Kemudian perbincangan kami mulai
serius. berikutnya perbincangan kami, benar-benar pada tahap serius. yang
membuat ku pusing, mata yang kurasakan mulai tidak jelas, bibir ini pun sudah
berbicara solaholah tidak menerima, dan hati ini pun memberontak, hingga tubuh
ini bergemetar refleks. Tidak mungkin aku mengidap kanker jaringan otak!,
bahkan mengidap penyakit alzhemer!... yang menyebabkan aku sering lupa. Dan
penyebab itu karna adanya tekakanan, dan sering menerima benturan benda keras.
Apa aku harus menerima ini semua?...
tapi nyatanya diriku harus menerima. Tapi bagaimana aku menerima ini semua. Aku
masih berumur 18 tahun. Tidak mungkin, bahkan beranggapan dokter salah bahwa
saya mengidap penyakit Alzheimer. Sindrom itu hanya untuk orang tua yang telah
lanjut usia. Dokter salah memeriksa ku. Mana mungkin pula aku punya penyakit
kanker.
Tapi…
seakan-akan Alzheimer ini benar-benar meradang. Akhir-akhir ini Benar-benar aku
sangat ingin selalu bersama bunda tiriku, padahal bunda tiri tetap saja
bersikap macam macan mengaung agar mendapatkan mangsanya. Tapi entah perasaan
ini selalu berontak memberi sinyal bahwa bunda tiri adalah jahat namun aku
terkadang menentang itu, tapi terkadang sadar dengan sikapku… aku ini bersikap
macam apa…
Aku
ingin menjadi dan tetap menjadi wanita normal. saat aku… bisa menyusul dan
bertemu bunda… bunda nyataku bunda yang rindukan. Dan mengakhiri kesengsaraan
ini.
#Ini cerita nape jadi kesini…. Nyasar
ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar