Sabtu, 02 Juni 2012

"Tuhan... apakah ini?"


Hal yang paling menyedihkan dalam hidup kita adalah ketika kita bertemu dengan seseorang yang sangat berarti bagi kita, hanya untuk mengetahui pada akhirnya seseorang tersebut tidak ditakdirkan untuk bersama kita, sehingga pada akhirnya kita harus dengan berat hati membiarkannya pergi dan berlalu.... jauh, semakin menjauh...
Yaaa.. untuk menabahkan hati, kalimat “mungkin itulah yang terbaik”. Mungkin kalimat tadi, pernah terbesit, pernah dialami, bahkan ditanamkan untuk mengobati ini semua. Meskipun kadang, bahkan tidak bisa menerima takdir itu.
Tuhan mengetahui yang terbaik untuk kita,
dan akan memberi kita kesusahan untuk menguji.
Lewat cinta kita merasakan sakit hati,
supaya hikmah-Nya bisa tertanam dalam sanubari.
Begitu juga dengan cinta yang tak bertemu.
Ada satu alasan yang kadang sulit untuk dimengerti,
tetapi kita harus tetap percaya bahwa ketika Tuhan mengambil cinta dari kita,
Dia akan memberi yang lebih baik.
(Pa Budi)
           
            Sungguh. Kenapa tidak bisa melupakannya?. Tidak bisa menggantikannya. YA!, diri ini terlalu egois… sungguh terlalu egois. Hampir waktu tersita, percuma menunggu dia kembali. Namun, entahlah… terasa anggun waktu yang tersita untuk memikirkannya.
            Mungkin, karna meninggalkan… meninggalkan dengan cara membekaskan warna terindah, menumpahkan aroma yang begitu segar, memberikan rangkayan kata yang tertata rapih, semua… semua yang membuat melayang. Itu menjadi patri.
           
“Namun, bahagia… ketika ia, ketika ia tenang disana. Tempat yang yang melembutkan jiwanya”.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar