Tuhan
ciptakan keadaan manusia itu terkadang berada diatas (titik kebahagian), dan
terkadang berada dibawah (kebalikan dari kebahagian, kalo disebutin nanti
dibilang frontal lagi). Mungkin tujuan Tuhan menciptakan itu, agar kita
merasakan keadaan tersebut yang tak lupa agar selalu ingat-Nya dan bersyukur
kepada-Nya atas yang diberikan-Nya.
Dan
mungkin tujuan berikutnya agar bisa merasakan yang akan menjadi kisah. Dimana
kita sedang berada dititik paling atas maka, kita patut bersyukur atas nikmat
*sama aja kayak yang tadi yak?* dan mungkin agar kita bisa membagi atas apa
yang kita rasakan kepada orang-orang, dan tidak menyombongi atas apa yang
sedang dirasakan. Dan ketika dimana kita sedang berada dititik yang bawah maka
Tuhan pun menyarankan untuk tetap bersyukur. Menetapkan pada keadaan itu,
mungkin tujuannya agar kita juga termotivasi untuk tidak selalu pada kondisi
tersebut. Bangkit.
Tapi…
kalo boleh milih nih. Atau kalo boleh minta. Pengenya… kita, orang-orang,
berada pada suatu keadaan yang sama. Bahagia. Tapi gak mungkin. Ya mungkin
dengan keadaan yang sama, seluruh orang-orang didunia, jika sedang bahagia maka
bahagialah semua, jika sedang menderita ya menderitalah semua, jika sedang
bersedih maka bersedilah semua, dan jika sedang merdeka maka merdekalah semua.
Tapi apa jadinya kalau keadaan dan perasaan orang-orang itu sama? Tidak akan
ada yang peduli. Acuh.
Tapi,
beda keadaannya jika kita dalam kondisi yang sedang sedih ataupun bahagia. maka
akan ada yang merespon dan tidak. dimana kita ingin menceritakan keadaan yang
sedang kita hadapi, yang kita rasakan (setidaknya untuk mengurangi beban jika
permasalahannya itu pelik) namun tidak ada orang yang tepat untuk melabuhkan
curahan cerita kita. Maksudnya, jika kita sedang sedih, kita mau cerita kesiapa?
Orang yang sedang bersedih pula? Atau orang yang sedang bahagia? Meskipun orang
yang akan kita ajak bercerita itu orang sangat peduli, bahkan enak diajak
bercerita? Tapi taukah… apa kita merasakan keadaan dan perasaan mereka pula?,
menurut saya… kita juga harus peka terhadap orang yang kita ajak cerita. Saling
memahami.
Singkatnya
gini yah. Masa iyah sih, kita lagi bahagia, terus berceritanya itu ke orang
yang lagi bersedih (sekalipun orang tersebut kelihatan baik-baik aja, dan emang
enak diajak bercerita), kalo menurut saya sih, sadisnya yah, berasa bahagia
diatas penderitaan orang, secara tidak langsung. tapi mungkin saja dan sah-sah
saja orang yang diajak cerita itu malah senang karna kita telah berbagi cerita
padanya. Atau kalo kita lagi sedih nih ceritanya, kita cerita, curhat gitulah
ke orang yang lagi bahagia (kita gak tau tuh orang lagi bahagia), merasa ga?
Kalo paling tanggapannya “sabar aja, nanti ada jalan keluarnya ko..” atau
“sabar, nanti juga dia bakalan negrti” atau “mungkin, maksud dia itu bukan
seperti itu, tapi..”. yaaaaah… kebanyakan nih kalo kasusnya kek gitu orang yang
lagi bahagia itu nyaranin ke orang yang lagi sedih ya begitu “sabar yaa” klasik
bahkan kalo Cuma gitu doing mah berasa terpojokan malah, atau mungkin Cuma
“emmmm, gitu ya” karna saking bingung muk nanggepin kek gimana. Kenapa seperti
itu? Karna mereka tidak ada pada keadaan yang sama. Posisi yang sama. Walaupun
mereka pernah pada posisi tersebut tapi itu biasanya mudah tertimbun atas
kebagiannya. Tapi ada sih satu-dua-tiga-atau beberapa orang yang bisa memahami
juga, bisa mengerti. Memberikan solusi yang tepat. Tapi cuma beberapa.
Bagaimanapun
tanggapan orang-orang itu berbeda. ada orang yang lebih nyaman jika kita itu
lebih baik cerita ke dia meskipun dia lagi sedih (yang ia inginin kita terbuka
ama dia bagaimanapun keadaannya), dibanding dia tak tau cerita anda, dan
kecewanya lagi jika anda yang terbiasa cerita kedia, tapi karna keadaan
(memahami situasi orang tersebut) anda bercerita keorang lain. dan sebagainya...
Beda
halnya. Jika, kita bahagia cerita ke orang yang sama-sama lagi bahagia.
Bagaimana jadinya? Waah Ricuh! Apalagi cwe hha, ujung-ujungnya gossip *eh. Tapi
kesannya beda aja gitu kalo kita sama-sama cerita ke orang yang berkeadaan
sama. Tapi kadang, tadinya kita yang mau cerita, ehhh tauk-tauk dia nyamper
motong aja tuh cerita “ih iya tadi juga aku gitu dan blablablablaaa….” Macam
itulah. Biasanya kasus seperti ini orang yang diajak cerita eh terpancing dia
muk cerita juga. Jadi, cerita masing-masing jadi tidak mau kalah hhihi. Maka
hal seperti itu tadinya kita yang mau panjang lebar selebar-lebarnya cerita,
maka kita harus berbagi memberikan kesempatan. Sama halnya jika kita lagi
sedih, cerita keorang yang lagi sedih pula. Kesannya beda pula. Biasanya nih,
kalo momentnya kek gini maka akan saling mengsuport, terus nangis bareng, mewek
guling-guling bareng, meler bareng saking terharunya, loncat dari gedung bareng
*yang ini jangan ditiru. Ya begitulah pokoknya.
Yah,
jadi kalo muk berbagi cerita itu ya harus tau moment dan tipe orang-orang yang
mau diajak cerita. Bagaimanapun itu tergantung kita yang bisa melihat orang
yang akan diajak cerita. Terkadang kita lebih menghargai untuk tidak bercerita
pada orang yang terbiasa kita ajak bercerita, karena suatu keadaan. Tetapi,
terkadang pula orang yang biasa kita ajak bercerita, lebih menghargai cerita
kita, dalam keadaan apapun yang ia hadapi. saling memahamilah :)
WANTED:
gak perlu susah-susah ngebalas semua tindakan atas prilakunya dia ke elu, toh
tuhan pun bakal kasi pembalasannya >> tapi kalo Tuhan uda kasi
pembalasannya, elu boleh tuh ngetawain sepuasnya :p itulah kemenangan hhaha
"karma.. puas lo!!!" *mohon jangan ditiru setan itu setan