Jumat, 28 Juni 2013

"Aku Mohon..."

Aku mohon...
Aku mohon kepadamu, yang merindukanku.
Namun engkau yang telah mengisi kerinduanmu oleh orang lain.

Aku yang sebenarnya melayang, terbang dengan sayap kerinduanmu, diiringi bunga-bunga, ditemani burung-burung. Aku yang ingin mengisi semua penjuru, meneriaki bahwa aku sangat-sangat bahagia, aku yang merindukanmu, engkau juga yang merindukanku, rindu padamu!!! Namun aku malu... entah bagaimana aku akan membalas, menyampaikkan kerinduan ini...

Aku yang merindukanmu juga... namun... aku yang tak mampu bagaimana menyampaikannya. Aku yang membohongi diri ini, aku juga yang membohongi dirimu. Ketika aku dengan kuasa, tak seharusnya kau merindukanku. Entah... apa yang membuatku kuasa untuk mengungkapkan itu. Namun, jelas hati ini berontak, darah ini mengalir tersendat, dan pikiran ini sontak mengulang rekaman saat-saat bersama, memaksaku menyaksikan saat-saat kita bersama untuk menguatkan, bahwa kerinduan ini pun aku rasakan kepadamu.

Maafkan...
Ternyata, aku kecewa pada diri ini. Kecewa telah membohongi perasaan ini. Ternyata, aku kecewa pada dirimu. Kecewa telah mengisi kerinduamu untukku, digantikan oleh orang lain yang cepat menghampiri, mengisi perasaanmu. Kecewa, engkau yang cepat mengalihkan perasaanmu untuk orang lain.

Aku mohon...
Aku mohon, jangan engkau anggap aku sebagai malam. Gelap. Malam yang tak tahu apa-apa karna kegelapan. Hitam. Justru, ketika angkau anggap aku tak tahu apa-apa, aku mengetahui, terangnya dirimu apa yang dilakukan. Jelas.

Aku mohon...
Aku mohon, jangan engkau anggap aku sebagai angin. Angin lalu. Justru, ketika engkau anggap aku angin, angin yang memberikan kehidupan padamu, mengelilingi hidupmu, menyelimuti hidupmu, namun yang tak kau anggap. Percuma. Angin akan tetap berada dekat denganmu. Kasihinilah... jika aku dianggap angin yang selalu berada dalam hidupmu, namun kau acuhkan. Percuma.

Aku mohon...
Aku mohon, jangan engkau anggap pula aku sebagai pohon yang berada ditempat. Berteduh, seenaknya. Pergi, ketika ada yang lebih indah. Datang, dan pergi lagi. Karna engkau anggap aku pohon yang tak bisa berpindah, aku yang hanya bisa bungkam. Tak mampu apa yang ku rasakan, tak mampu apa yang mau ku ungkapkan. Engkau yang tak mampu memahami...

Maafkanlah... aku yang memohon...
Aku mohon...
Aku mohon kepadamu, yang merindukanku.
Namun engkau yang telah mengisi kerinduanmu oleh orang lain.
Aku mohon...
Jangan, engkau patahkan sayapku yang dibuatmu sendiri untuk terbang,
Lalu...
Lalu benar engkau patahkan sayap ini, yang membuatku terjatuh.
Tersungkur, sendirian, tersakiti...
Lalu...
Lalu engkau mengobati sayap ini, yang membuatku mengepak.
Perlahan untuk terbang, menggapai kebahagian bersamamu...
Namun...
Engkau yang telah mengisi kerinduanmu oleh orang lain.
Engkau patahkan lagi sayapku yang dibuatmu untuk terbang,
Lalu...
Lalu benar engkau patahkan sayap ini, yang membuatku terjatuh.
Tersungkur, sendirian, tersakiti... lagi...
Aku mohon....
Jangan engkau membuat ku terbang, jika engkau juga yang membuat ku terjatuh.
Aku mohon...
Ijinkanku terbang bebas... tanpa mematahkan lagi
Atau...
Ijinkan kuberjalan bebas... tanpa mengobati sayapku lagi


Bahagiakanlah dirimu, namun jangan kau seret aku, jika aku bukan kebahagianmu... karna aku bukanlah penonton...

Kamis, 27 Juni 2013

"Harapan. Waktu Terpasang Untuk Ibu..."

Jika waktu ingin memanggilku… maka panggilah
Namun… ijinkanlah aku, mempersembahkan kebahagian untuk ibu…

Teman... Ketika teringat sebuah pengorbanan, perjuangan, kasih sayang cintanya orang tua, terutama ibu… dan ketika pengertian seorang ibu tiada habisnya tanpa penyesalan yang berlarut-larut, namun tetap memberikan kepercayaannya, motivasinya tiada henti… tetapi seorang anak, seorang diri ini yang belum bisa memberikan setidaknya sepucuk, hanya sepucuk… namun belum aku berikan sebuah kebahagian untuknya… berikanlah yaa Allah waktuku untuk bersamanya...
Yaa Allah... Melihat senyum orang tua, terutama ibu merupakan kebahagian yang sangat indah, terlihat menentramkan, menyejukan hati ini. Apalagi senyum yang terukir itu karna alasannya adalah aku, anaknya.

“Bu... mengapa aku terlambat untuk merasakan keindahan saat-saat bersamamu? Kenapa aku terlambat merakasan, mengartikan senyumanmu?...”

Yaa Allah... bagaimana caranya aku akan menyampaikan ini  semua pada ibu? Aku takut. Aku sangat takut yaa Allah... aku takut kehilangan senyuman ibu. Yaa Allah... taukah? betapa khawatirnya  ibuku kalau mengetahui semua ini. Bukan, bukan hanya takut kehilangan senyum ibu, namun aku takut merenggut kebahagiannya, aku takut merenggut segala-galanya ketika aku akan meninggalkanya... lingdungilah dia...
Ketika aku sudah pantas untuk mengungkapkannya namun itu tidak menyakiti ibu, membuat ibu sedih, aku akan mengungkapkannya. Namun.... aku takut.
Yaa Allah... ijinkanlah hamba untuk mempersembahkannya. Berilah waktu ini lebih lama, tentramkanlah detak jantung ini sekejap saja yaa Allah... hanya sekejap untuk memasang isi waktu ini bersamanya... janganlah rasa sakit ini membuatnya menguraikan air mata ibu. Injinkanlah yaa Allah... Biarlah ku mengatur detak jantung ini agar ku selalu bersamanya... memasang keindahan bersamanya. Ijinkanlah...

Seorang wanita, bermahkota ibu menggengam jari-jari kecil
Ikatan ini tidak akan terurai
Karna tautan darah, akidah, rohmat dari allah
Kaitkanlah kasih sayangmu bu...
Jangan kau uraikan air matamu bu...
Aku mohon...
Kini ibu.. peganglah tanganku ini
Genggamlah tanganku ini
Selama waktu tersisa yang berpihak padaku...
Tenanglah, Ku akan menantimu disana...
Tentramlah disini, tanpaku, maafkanlah...

Yaa Allah lindungilah ibuku,
Aku yang akan menanti, disana...

Rabu, 26 Juni 2013

"Berteman Bayangmu..."

Seakan-akan tatapan ini kosong. Ternyata... Dihiasi wajah berseri-seri. Terlukis diwajah ini, senyum yang merona... membayang.
      Terdapat pahatan dalam benak ini tentangmu, bercahaya dalam isi relung-relung ini tentangmu, dan terukir dalam hati ini tentang tentangmu.
Ah... ternyata tentang ini hanya sekedar bayangan.
Meski sekejap bersama... kau menorehkan tinta merah muda yang terukir dalam hati ini dan yang indahkan bertahta dalam benak ini. Itu... menjadi penawar ketika rindu ini tak bisa kualihkan, kuhindari, hingga angin dan air hujan pun tak bisa menghapuskannya, serta teriknya sang matahari tak mampu mengeringkan dan melapukan torehanmu.
Kau yang menorehkan tinta itu, menjadikan tapak bayangan dalam setiap langkahku. Namun ternyata... walau hanya sekedar bayangan, rindu ini terobati. Tapi, ternyata bayangmu menjadi candu untuk mengobati kerinduan ini. Bayangmu menjadi teman hidupku.
Bayangan...
Bagaimanakah cara mengakhiri semua kerinduan ini bersama bayang-bayangmu? Akankah kemana kerinduan ini kupersembahkan untuk kusampaikan padamu, selain bayanganmu? Mungkinkah bayanganmu menyampaikan kerinduan ini padamu?
Aku tak bisa pahami, apa yang terjadi...
Hingga aku terlalu menggenggam erat untuk menjaga semua itu, yang tak ingin pudar walau hanya dengan bayanganmu. Ataukah... aku yang terlalu lemah  untuk menentang melepaskan bayanganmu?
Aku yang tak bisa menyampaikan. Hembusan angin yang tak bisa kualihkan, kuhindari kerinduan padamu, maka kerinduan ini kutitipkan padanya lewat hembusan anginnya. Dan air hujan yang tak bisa menghapus jejakmu, maka kerinduan ini kutitipkan padanya setiap rintikan yang merjatuh. Serta kerinduan ini dari cerianya terik sang cahaya matahari kutitipkan padanya setiap sinar yang ia pancarkan.


Bayangmu menjadi yang penawar... kerinduan ini...

Kamis, 20 Juni 2013

“BBM NAIK, KESEJAHTERAAN KEMANA?...”

Naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), yang telah ditetapkan oleh DPR dalam Rapat Palipurna pada tanggal 18 Juni 2013, menimbulkan pro dan kontra atas kebijakan yang telah diambil.
Kebijakan tersebut diambil tidak hanya semata-mata untuk mengambil “keuntungan” bagi pemerintah saja. Dengan alasan mengambil kebijakan tersebut karena salah satunya untuk  menjalankan program pemerintah yaitu BLSM. Program BLSM yang sudah dijalankan ke 14 Kota di Indonesia dirasa belum efektif. Ya! Apakah dengan adanya pembagian BALSEM itu tepat guna? Tepat pada masyarakat yang emang membutuhkan? Tidak terjadi salah sasarankah? Dan data masyarakat miskin yang seharusnya mendapatkan BALSEM tersebut apakah akurat?. Sepertinya pendataan yang seharusnya akurat pun tidak terjadi, karena pendataan tidak langsung disurvey oleh “pemerintah yang semestinya” maksudnya survey tersebut dilakukan oleh beberapa oknun tertentu yang memanfaatkan keuntungan bagi dirinya. Dan apakah dengan adanya BALSEM yang harus menaikan harga BBM itu menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia? Sekali lagi! Apakah BALSEM tersebut akan merata luas untuk masyarakat miskin?.
Menaikan harga BBM dengan mengatasnamakan untuk menjalankan program BLSM, tidakah lebih menguntungkan para poitisi / pemerintah? Yang seharusnya itu tidak menggerus BLSM sendiri bagi masyarakat miskin. Nah bagaimanakah BLSM sendiri akankah berlangsung lama?
Problematika ini menjadikan para pejuang, pembela masyarakat, mengeluarkan aspirasinya. Namun aspirasi yang tadinya membela mengatasnamakan masyarakat, malah salah penyampaian orasi dan demonya, sehingga masyarakat sendiri terganggu, dan menyesali atas apa yang diperbuat oleh para mahasiswa.
Pantaskah mahasiswa berorasi dan berdemo, yang tadinya ingin memperjuangkan hak masyarakat, ini? Malah merusak fasilitas yang ada dimasyarakat itu sendiri.  Tapi, mahasiswa yang berintelegent, yang mempunyai etika, tidak akan berdemo urakan seperti itu. Penyampaian aspirasi wakil dari masyarakat sendiri, hal berdemo yang kesannya urakan seperti itu tidak terjadi.
Sumber yang pernah didapat, bahwa yang berdemo urakan sampai merusak fasilitas masyarakat sendiri, itu bukanlah “mahasiswa yang sebenarnya” . Namun mereka merupakan oknum-oknum tertentu untuk menjalankan misinya, dengan demikian oknum tersebut ikut bergabung dengan “mahasiswa yang sebenarnya” saat menyampaikan aspirasi, dengan berpura-pura sebagai mahasiswa. Dan disaat itulah oknum tersebut mengompori situasi tersebut. Bahkan oknum-oknum tersebut adalah orang bayaran yang ingin menghancurkan pemerintahan sekarang. Ya! Secara tidak langsung aksi yang terjadi dan diliput oleh media masa yang menyebar ke masyarakat, maka masyarakat sendirilah yang menilai bahwa pemerintahan saat ini dinilai buruk. Karena itu dia, adanya mahasiswa gadungan/ oknum bayaran itulah yang sengaja ingin menjatuhkan pemerintahan sekarang.
Ya... meskipun mahasiswa yang asli juga banyak berdemo mati-matian, mengeluarkan aspirasinya dengan mengatasnamakan kebaikan bersama sampai-sampai merusak fasilitas yang digunakan masyarakat sendiri, namun dengan seperti itu... bagaimana citra mahasiswa di mata masyarakat jika beraspirasinya aja malah merusak merugikan masyarakat.
Meskipun demikian, naiknya harga BBM jika memang BLSM itu sendiri dan Bantuan-bantuan lainnya akan menunjang kesejahteraan masyarakat, kenapa tidak? Perlu disoroti kenaikan harga BBM ini jangan sampai malah menunjang kesejahteraan pemerintahannya sendiri ~halah tidak etis!. Dan buat apa? Kalau penyampaian aspirasi sendiri, malah dirusak sendiri dengan mencoreng aspirasi dengan tingkah laku yang merusak citra. Kalau memang sebagai mahasiswa, bagaimana ingin memperjuangkan hak masyarakat, citra sebagai mahasiswa dirinya aja belum kemahasiswaan.

“...karena mahasiswa yang benar-benar berintelektual itu tidak akan langsung berdemo, namun menganalisa apa penyebab permasalahan tersebut muncul... nah jika banyaknya kemudharatan maka jalanya adalah berdemo... dan kenapa tidak jika masih ada jalan lain, selain dengan cara berdemo?...” A.RW

Sabtu, 15 Juni 2013

"Isi Waktu SENDATARI"

3SKS yang ini tuh berasa perjuangannya. Asli! Sumpeh!. Karna syarat buat UAS 2SKSnya adalah menampilkan pagelaran  berkeja sama dengan prodi PGSD angkatan 2010 dan 1SKSnya itu UAS presentasi. Dari balik kanan balik kiri terlentang tengkurep ahhh ampe jungkir balik jugalah, teros kalo masalah keringet… aiiihhh jangan ditanya kalo diukur pake ml itu ga kebendung ~lebay asli. Pulang malem, isi dompet ikutan menipis badan juga *eh, badan asli berasa di giles, remukkkkkkk!!! Kalo bisa sih kek kepala, tangan, kaki dicopot dulu dah lamun tiasa mah. Kan enak gitu ya. Teros pasang lagi dah kalo butuh. ~Emang macam Barbie yang bisa pasang copot badannye K
Tapi sekarang aku bangga! Sukses acaranya dong J hahaha
He’eh… awalnya sih kerjaan aku tuh dikira cetek alias gampang orang jadi LO ko. Cuma ngatur-ngatur dan ngurusin pemain ini kan?!, lagian uda pada gede ini kan pemainnya?!. Loh ga gampanglah. Orang pemainnya juga sebejibun banyaknya ampir seratus orang puluh lebih ~grrrrrr. Lagian ga menjamin ngatur ama ngurusin orang gede itu bakal lebih ringan. OK! NO! saya pertegas TIDAK!. Yaaa sama aja sih li’ernya. Coba… ini orang gede kalo diatur pasti pake ngelawan, ga bakal nurut, orang dia pikir uda gede ga perlu diatur-atur teros kalo kesinggung kena marah kena cipratan BTnya kan ribet juga, daaaaan kalo itu terjadi bakal berbuntut panjang. Lagian mereka seniornya aku, masa iya sih mau nurut ama juniornya, ya walau ada beberapa kepala satudua seangkatan ama aku, tapi tetep aja kan kagok kalo ngatur-ngatur plus ngurus mereka. Tapi ya namanya juga kerja harus professional, tau posisi. Beda ama anak kecil, kalo marah ya teros baikkan lagih. Kalo ga nurut tinggal dibodo-bodoin ~eh *ngebayang saat mao jadi LO
Nah! Karna embung kek gituan terjadi, ya kudu mau ga mau akunya berbaik hati dan bersikap manis ~issssh cangkel!!. Tapi pas praknya, pusing ga pusing sih. karna pemainnya juga uda pada ngarti posisinya sebagai pemain. Yaaa yang bikin pusing adalah satuduatiga orang yang kaga nurut, susaaaaaah!. ~tapi maklum juga sih J hhehe wajarkan kalo ga ada yang kek gitu, hidup akan berasa dataaaarrrrrrrrr.
Ga terlalu dugdugces sih ini jantung. Cuma berasa lemes gitu, dan otak harus berfikir keras supaya kaga lupa segmen-segmen mana nyang mao masuk panggung buat nyerahin pemain ke divisi BS ~maklom suka lupa.
Meski ada kejadian, beberapa pemain segmen terakhir yang masih di BS utama belom aku panggil ke BS belakang panggung, yang tiba-tiba cuaca mendung, gelap, disertai rintik-rintik air, dan sepertinya itu hujan. Ituuuuuuu membuat panik sepanik-paniknya aku dan LO lain yang merembet juga ke panitia lainnya. Ini pemain yang belom dipanggil kudu kumaha. Takut-takut si make up nya luntur kan mati, rusaklah semua. Panggil sini, panggil sana “sedian panyung sebanyak-banyaknya! Percepaaaaat!!” ~lah mendadak jadi komdis akunya -__- yaaa beruntung Allah masih dipihak kami untuk mencarkan Pagelaran ini, ternyata belom hujan. Hoaks ih beritanya. Tapi ga hoaks juga sih, ga lama dari itu hujanlah turun, yang untung sekali para pemain segmen terakhir uda pada standbuy di BS belakang panggung, meski berdesak-desakan.  
Kejadian berikutnya terjadi kecelakaan. Ada satu pemain yang terjatuh dari panggung sesudah tampil. Lukanya? Cukup parah, darahnya banyak sobeknya juga gede. Tepatnya luka itu itu di kaki tulang kering sebelah… lupa sebelah kanan apa kirinya. Tapi pemain tersebut langsung dilarikan ke poliklinik. Cepet sembuh yaa…
Meski ada kejadian-kejadian itu, tapi sekali lagi aku bangga, seneng banget, acaranya SUKSES! Semoga acara pagelaran ini walau sebagai syarat UAS, UASnya pun lancar dan nilainya pun baik, aamiin J semoga berkah juga dari acara Pagelaran ini yang kami persembahkan J dan pungkasnya acara ini lanjut Program Kesehatan dan Gizi Diri. Yeeee semangat!!!
***
Oh iya di acara ini aku jadi punya nama panggilan baru “Teteh LO” hehhe tapi ada juga yang manggil “Teteh LO BT” kan menyebalkan kan?! Dipanggil Teteh LO BT, atulah muka akunya BT karna ada alasan kalik heuheu aslinya ma meneyenangkan ko hahahahaha
Tapi iya sih diawal latiahan itu males ngarahin ngurusin pemain sebegitu banyaknya. Males juga latian-latihan pagi sampe malem teros. Cape. Berasa ga ada wakto buat rebahin badan. Resiko sih. tapi setiap resiko itu bakal ada resikonya hhe
Disadari juga latihan-latihan yang telah dilalui, pagelaran yang sudah pungkas juga, ituuuuuuu membuat semua-muanya dirindukan *MODUS!!! Haha. Isi-isi waktu hari-harinya yang terkadang ada senyum, tawa, sedih, gondok, marah, malu, apupun itu ternyata menyenangkan, dirindukan. Semoga adanya Pagelaran Drama Tari “7 Pusaka Nusantara” yang di gaungi oleh mahasiswa/i jurusan PEDAGOGIK Prodi PGSD 2010 dan Prodi PGPAUD 2011 semoga menjadi silaturami yang akan mengeraktkan jurusan kami PEDAGOGIK J
Terimakasih ya semuaaa yang telah terlibat untuk menyukseskan acara Pagelaran Sendatari “7 Pusaka Nusantara”.

16 Juni 2013 

Jumat, 07 Juni 2013

"Tentang Mama..."


Tentang Mama…
Beliau satu-satunya mamaku, yang tak akan pernah terganti…
Beliau hanya mempunyai satu suami, dan tiga anak cwe, cwo, cwe. Dan cwe yang terakhir itu aku, yaitu anaknya, anak bungsunya, anak yang paling shaleh, baik, berbakti (itu juga kadang-kadang sih), daaaannn yang baik-baiknya ada pada anaknya yang terakhir ini, aku!.
Mama anak ke tiga dari enam bersaudara. Mama anak perempuan ke tiga dari empat bersaudara. Mama terlahir dari keluarga sederhana. Abu (panggilan mamanya mama atau tepatnya nenekku) beliau ibu rumah tangga, yang meninggalkan anak-anaknya termasuk Mama, diusia yang masih sangat muda. Menurut cerita Mama, Abu meninggal karna sakit. PakAki (panggilan kakekku) dia seorang ayah yang bekerja sebagai mandor. PakAki dikenal sangat-sangat galak pada anaknya. Sebenernya bukan galak sih, tapi tegas. Mungkin, karna ketegasannya yang sangat luar biasa dari biasanya, PakAki disebut-sebut galak.
Aku bangga pada Mama. Betapa tidak?... Mama satu-satunya perempuan dari saudara-saudara perempuannya yang bekerja diluar kerjaanya sebagai ibu rumah tangga. Dari ketengguhannya, kesabarannya, kesahalehannya, kesopan santunnanyalah, Mama diterima bekerja di Perusahaan Swasta Kimia Farma Bandung. Kenapa? Karna sebelumnya, Mama berulang-ulang melamar kerja yang berulang kali juga Mama mendapatkan penolakan. Karna waktu jaman itu, bahwa perempuan dipandang yang tidak pantas bekerja, ditambah Mama tidak memenuhi Ijasah yang menjadi persyaratan untuk bekerja diperusahaan itu.
Ihktiarlah jalan yang tak pernah putus yang ditempuh Mama. Apalagi, waktu itu perekonomian keluarga kecilnya cukup memprihatinkan. Ditambah adiknya (yang sekarang adalah Bibiku) menjadi tanggung jawabnya mulai dari makanan, pakaian, sekolah, dan lain-lain adalah tanggungan Mama. Karna Abu yang meninggalkan Mama dan saudara-saudaranya, ditambah PakAki yang sengaja ikut-ikutan meninggalkan anak-anaknya dengan cara menikah lagi, mungkin itu sebagai solusi PakAki meninggalkan kegalauan.
Mama ga berhenti disitu saat penolakan berulangkali terlontar. Mama coba cari peluang lain, Karna Mama memang perempuan yang pandai memasak, Mama dan Adiknya berjualan hasil masakan mereka. Menjajakan dagangannya dengan berkeliling kampung. Tapi… apalah hasil jualannya tidak selalu menjanjikan pada kehidupannya, keluarga kecil Mama.
Sebenarnya… bukan karna Mama tak punya rasa malu untuk kembali melamar ke tempat perusahan itu, tapi untuk orang-orang yang dicintai, dan disayanginyalah Mama menutup malunya untuk menjanjikan kehidupan yang lebih baik persembahan pada mereka.
Memang benar, ikhtiar tanpa do’a yang dipanjatkan tidak akan melunasi ikhtiar dari usaha kita. Waktu itu Mama… melakukan Mutih, yang etah berapa lama. Tujuan Mama Mutih, bukan karna ingin diterima do’a untuk bekerja, tapi untuk melatih dan menambah kerohaniannya Mama.
Pada saat itu pula Mama dipanggil untuk bekerja diperusahaan yang berulangkali menolaknya. Entahlah ekspresi yang ditampilkan Mama seperti apa, yang pasti Mama sangat-sangat bahagia. Pada saat itu pula Mamah mengabdi pada perusahaan itu yang sebagian besar telah mempengaruhi kehidupan Mama dan Keluarga menjadi lebih baik. Namun… bukan berarti Mamaku meninggalkan kewajiban sebagai Istri, dan Ibu untuk anak-anaknya saat menerima pekerjaan itu. Tapi, Mama tetap setia melayani sebagai Istri dan bertanggung jawab sebagai ibu anak-anaknya.

Tentang yang lain dari Mama… konsisten
Meski semenjak Mama Bekerja, dan mendapatkan penghasilan sendiri, Mama tidak pernah memberikan keinginan anak-anaknya yang akan melenakan anak-anaknya sendiri, dan menjadi anak yang mempunyai keinginan tanpa adanya usaha. 
Yaa… aku sebagai anaknya, secara tidak langsung, ketika aku mempunyai keinginan tanpa memperlihatkan usahaku pada Mama, beliau dengan tegas tidak akan memenuhi keinginanku. Dengan begitu secara tidak langsung, Mama mengajarkan anaknya untuk berusaha ketika mempunyai keinginan. Aturan dalan keluarga Mama yang selalu tegas atas konsisten komitmennya dalam mendidik anak-anaknya pun terasa jelas. Mama tidak pernah labil dalam mendidik anaknya, Ya… karna Mama tahu, ketika dia mendidik dengan labil, maka secara otomatis anak-anaknya akan tidak mempunyai kekomitmenan/kekonsistenan pada diri anaknya yang akan mempengaruhi/merugikan orang lain. *1
*1singkatnya: Jika Orang Tua mendidik anaknya dengan labil, maka kemungkinan anaknyapun akan labil/tidak adanya kekomitmenan pada diri anaknya ataupun kepada orang lain. Meski dalam Teori Perkembangan, usia Remaja itu rentan akan mengalami Kelabilan, namun sedikit banyak mendidik anak dengan tidak labil atau dengan konsisten akan mempengaruhi kepada anaknya yang mempunyai kekonsistenan.
Seperti saat aku ingin membeli Kamera. Sebenernya, Mama bisa saja membelikanku Kamera. Tapi, karna tujuanku yang tidak jelas ingin memiliki si Kamera dan itu hanya keinginan saja yang beda dengan kebutuhan seperti buku, Mama menjanjikan akan membelikan ketika akupun harus mempunyai sebagian harga uang untuk kamera itu. Itu yang biasa Mama lakukan, kejem sih, tapi ampuh juga supaya akunya rajin nabung. Mamah tau mana posisi yang akan dia penuhi pada anaknya. seperti Buku, padahal Buku Novel, Mama bakal membelikannya karna itu sedikit banyak akan mempengaruhi belajarku, meskipun tetep ada batesan-batesannya kalo mau punya novel.

Tentang yang lain dari Mama… Melankolis
Mungkin ketegasan Mama diturunkan dari PakAki. Meski begitu, Mama seorang ibu yang Melankolis. Ketika anak-anaknya dihadapkan masalah, Mama selalu dibelakang untuk mendorong Anak-anaknya untuk menerjang masalah itu dan tetap maju. Ketika itu pula Mama memberi support dengan petuah-petuahnya. Sangat bijak ketika memberikan petuah, dimanapun posisi anaknya, saat diposisi salah ataupun benar.
Mama selalu menguatkan pada anak-anaknya dengan goresan senyuman menyakinkan, namun kulihat yang terasa semakin terlihat lemah senyuman itu karna gurat kriputnya, dan sinar matanya yang menguatkan. Tapi… bagaimanalah seorang Mamaku ini, meski petuahnya mengalir, penguatan pada anaknya terasa kokoh, namun dirinya ikut pilu menangis merasakan apa yang terjadi pada anaknya. Meski Mama berusaha professional untuk menahan tangisannya, tetap Mama selalu aku curi dengan memandang sujud, do’anya dengan guliran air mata untuk anak-anaknya.
Kesedihan Mamapun akan muncul ketika anaknya tidak mempunyai Etika prilaku yang tidak sopan santun, atau membangkang dari kehendaknya. Karna Mama merasa, bahwa beliau tidak punya banyak waktu untuk mendidik sepenuhnya dengan membagi waktunya dengan bekerja. Saat aku pulang malam pun, Mama bakalan nangis, meski anaknya ini uda ngabarin bakal pulang telat. Kalau uda begitu, Mama bakalan diemin aku, tanpa sepatah katapun. Buat pelajaran katanya, biar anaknya kapok.
Saat salah satu anaknya ini sakit, Mama pun akan benar-benar berkali lipat sibuknya untuk menyehatkan anaknya kembali. Lagi-lagi, ketika anaknya sakit sekalipun tidak parah, Mama selalu menguraikan air matanya, entah mengapa. Mama ini, akan mengusap-usap kening dan memeluk dekap anaknya. Bahkan Mama meminta jika anaknya ini sakit, biarlah dia yang menjadi tukarannya.
Sakit anak-anaknyalah yang membuat benar-benar khwatir bagi Mama. Beliau merasa tidak berguna sebagai Ibu. Karna tidak menjaga dengan utuh, menemani dan memenuhi perkembangannya secara utuh seperti ibu rumah tangga lainnya karna membagi waktunya untuk bekerja.
“Tapi Maaah… itu Cuma perasaan Mama. Mama telah menjadi ibu yang benar-benar luar biasa untuk kami, anakmu Mah…”
Mama juga tak jarang ketika anaknya memberikan kabar yang baik, apalagi soal prestasi, atau anaknya ini mendapatkan beasiswa, tidak sengaja Mama menuai air matanya dengan senyuman yang menandakan beliau bangga dan bahagia…

Tentang yang lain dari Mama… Koki
Keluarga besar Mama tidak memerlukan Koki ataupun memesan makanan untuk sebuah perayaan. Saudara-saudara Mama punya kelebihan masing-masing dibidang macam-macam masakan/makanan. Bahkan tidak jarang keluarga besar kamilah yang dipanggil untuk memasak diacara perayaan pernikahan misalnya, padahal, kami tidak membuka katring untuk hajatan.
Mamah yang bekerja dari pagi sampe sore, kadang lembur. Beliau tidak pernah lupa akan kewajibanya sebagai istri dan Ibu untuk memasak. Terlihat lelah, namun tetap Mama lakonin. Mama juga, sering memperingatkanku, supaya aku lebih Hobby memasak dibanding bidang lain. Tujuannya banyak, dan itu rahasia. Hanya aku dan Mama yang tau J oh iya masak sama Mama tuh nambah pengetahuan baru tentang masak.
Lihatlah. Ketika aku dan Mama menonton tv acara masak-masak, kami sangat antusias. Kalau kami punya banyak waktu, biasanya sabtu dan/atau minggu kami masak bareng, eksperimen masakan baru, tidak jarang kami juga suka mencontoh masakan dari acara tv yang telah ditonton. Tapi kami berdua sama-sama tidak terlalu banyak untuk memakan makanan yang dibuat sendiri. kenapa? Emmm karna berasa en’nek aja makan hasil masakan sendiri. bukan karna ga enak yaa :p mungkin karna udah kita yang masaknya kali yaa. Mama juga begitu, kalo makan masakan sendiri paling Cuma dikit, banyaknya yang dimakan itu makanan hasil masakan aku, dan sebaliknya denganku, kalo aku sih jangan ditanya emang paling ngefans itu pasakan Mama, gratis pula kan :p

Tentang yang lain dari Mama… pemarah? OH NOOO!!!!
Mama bukan tipe orang yang pemarah ataupun yang suka marah-marah. Bukan hanya karna anak-anaknya ini pada baik. Tapi memang Mama itu orang yang baik, sekalipun ada permasalahan yang membuat beliau dibuat gondok oleh anaknya atau orang lain, Mama akan menemui orang tersebut dan bertutur dengan baik.
Marah-marah digambarkan dengan merusak barang dengan cara membating, atau dengan bertutur dengan berkata kasar bahkan sumpah serapah, atau bahkan sampai digambarkan dengan beradu fisik atau menyakiti. Dan itu bukan tipe marahnya Mama. Ketika Mama marah paling beliau bakal diem/tutup mulut pada orang yang bersangkutan (bukan diem-biem terus ngebales dengan diem-diem juga), kadang kala Mama marah dengan meluapkan kemarahannya dengan menangis. Dan sejauh ini… aku sebagai anaknya bagian dari hidupnya, Mama itu bukan seorang yang pemarah, tapi Mama adalah seorang yang pemaaf J

Mungkin itu hanya cerita 1% dari 100% tentang Mama…
Semoga tulisan kali ini tentang Mamaku bisa menjadi inspirasi dan bermanfaat.
Terimakasih sudah meluangkan waktunya… J

Senin, 03 Juni 2013

"Lingkaran Kerinduan Teruntuk Temanku..."


Teruntuk teman-temanku yang berada ditempat… semoga kalian sedang berbahagia..
Dan.. semoga kalian merindukanku J
Diasa isi relung ini…
Entah… hati ini merajuk, menggoda, menggelitik ingin berjumpa padamu teman. Entah… malam ini begitu mengelupaskan pikiranku tentang kenangan kita yang terlihat isi kebahagian  saat bersama. Ketika itu yang tertawa saling menertawakan diantara salah satu tingkah kita, yang meski begitu menyakiti diantara kita mungkin… tapi itulah yang membuat kita bahagia hhehe yaa sekedar hiburan. Terkadang pula diantara kita yang dilingkari kesedihan, disitu pula kita meligkar untuk berusaha menutupi kesedihan itu. Berusaha menghapus lingkaran kesedihan itu dengan menggantikan lingkaran perteman kita sebagai jaminan… erat... melingkar sempurna… tak tercelah…
Teman…
Walaupun waktu perlahan merangkak berlalu, namun kenangan saat bersama masih terbungkus rapi dalam relung ini.
Teman…
Meski sekedar sekejap mata… yang menenangkan hati ini, terpejam tak sengeja… terekam jelas waktu terjajahi oleh kita yang menapakan kebahagianlah yang mengiasi senyum tawa kita sebagai wilayah wadah kita bersama.
Teman…
Seakan-akan rekaman ilusi yang pernah terjadi itu, ku menyaksikan dengan hikmat. Terkadang senyum ini spontan terukir, terkadang air mata ini mengukir pula menghiasi pipi… menyaksikan rekaman ilusi yang pernah terjadi saat bersama…
Teman…
Semoga angin yang selalu setia menyelimuti, bersedia membisikan kerinduan ini padamu…
 Teman…
Kerinduan ini begitu menggoda… semoga waktupun akan segera kita jajahi untuk menghiasi dengan tapak kebahagian kita lagi …


See you… we cisss J
Menyelimuti kerinduan di relung-relung ini pada mu teman…
Bandung, 03 Juni 2013