Senin, 28 Januari 2013

"Moment Setahun 2x"


Entah sudah berapa lama ini adalah rutinitas setiap setahun dua kali komunikasi terpanjang. Mungkin sudah tiga tahun dan hampir ke empat tahunnya kami seperti ini. tapi itu menyenangkan…

Moment itulah, dan setiap moment itulah komunikasi terpanjang selama setahun. Moment itu dimana masing-masing dari kita berdua dihadirkan dengan ulang tahun masing-masing. Hal yang saya nantikan, hal yang saya rindukan… ucapan darinya, hingga berjalan komunikasi yang meronakan hati ini.

Setiap masing-masing dari kami selalu mengucapkan ulang tahun, yang nantinya berbuntut panjang nanyain soal masing-masing kehidupan kita, seperti kuliah, kegiatan, dan lainnya, bahkan hal pertama yang selalu ditanyakan adalah kabar dari masing-masing lalu keluarga, dan teman yang dikenal. Kadang kala ngobrol hingga ngaler ngidul. Dan itulah yang membuat saya selalu ingin berlama-lama dengannya.

Jika ada yang bertanya hal apa yang membuat saya harus bersabar lebih lama, adalah bersabar setiap moment ulang tahun dia yang dinanti. Tapi kesabaran itu terbayar lebih, karna komunikasi yang hanya dijumpai setiap masing-masing dari kami berulang tahun. Tentunya hal itu yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin.

Komunikasi kami hanya lewat Messenger. Tak lebih, tak kurang.

Apa hubungan kami hanya teman chat yang komunikasi bertemu satu sama lain tiap ulang tahun?... jawabannya tidak! Kami berteman sejak menduduki bangku SMA. Diperkenalkan oleh teman dekat saya, kebetulan teman yang memperkenalkan ini, kami selalu satu sekolah dari SD, SMP, hingga SMA. Jadi sebenarnya aku dan dia sudah mengenal lama, karna perkenalan dari temanku ini.

Tapi entah… mungkin ada yang bertanya kenapa kami tak berkomunikasi setidaknya lewat pesan singkat, atau telepon, atau bertemu secara langsung gitu? Bukankah saya dan dia sudah saling mengenal?

Jawabannya gampang, dan banyak alasan untuk semua itu.

Meski begitu, saya sangat bahagia. Bagaimana tidak, semenjak lulus SMA kami tak pernah berjumpa lagi hingga saat ini, namun dia selalu mengetahui tentang kondisi saya. Entah bagaimana dia bisa mengetahui semua itu.

Salah satu tuliasan dia yang mempunyai nilai tak murahan “saya lebih menghargai menyayangi ibu, adik perempuan, saudara perempuan, dan wanita yang saya cintai. Meski saya dinilai orang-orang yang tak ramah dengan wanita lain… tak mengapa, karna itu bentuk untuk menghargai wanita yang saya cintai!, Dan dengan begitu saya tidak memberikan harapan untuk wanita yang tidak saya cintai!, karna bagaimanapun itu lebih baik”.

Apapun yang terjadi atas dia, saya akan selalu bahagia… :)
dan yang aku nanti adalah memberikan ucapan untuknya, dan menantikan ucapannya untuku...

Minggu, 27 Januari 2013

“The Power Of Kape'pet”


Pastilah, percaya juga ko… anda-anda yang pernah atau bahkan disuguhin tugas yang begitu setumpuk sebejibunnya terus yang dikejar-kejar deadline tapi malesnya minta ampun, pernah menimpa kalian. Ia kan? Pasti pernah! Jujur ajalah! Saya pernah ko, bahkan sering *eh :D tapi wajarkan manusiawi.

Apalagi nih kalo musim-musimnya UTS ato UAS gitu. Tugas yanag terlahir sebagai syaratnya untuk memasuki yang namanya U. Yah datanglah tugas maka menghampiri juga yang namanya males. Atau emang tuh tugas nongol karna yang ngasih tugas bingung mu ngerjain siswa/mahasiswa/pekerja/orang muk di gimanain, jadinya beliau ngasih tugas buat ngerjain kalian. Kurang kerjaan tuh orang.

Tapi kadang kesel juga. Kalau tugas yang di berikan tuh ga manusiawi *etdah -__- coba aja udah di kasih tugas ini, muncul ini, beres ini, muncul itu… parahnya lagi kalo tuh tugas udah mati-matian di kerjain hingga kudu menerjang badai, topan, tsunami, banjir, gempa, dan bla-bla-blaaa tuh tugas ga di periksa, terus paling jlebnya itu ga berpengaruh untuk nilai/gaji/apalah yang seharusnya diakumulasiin. Parah.

            Ahh lupakan.. kembali ke keajaiban, topic maksudnya..

            Iya… aku sebagai manusia yang saat ini lagi berprofesi sebagai mahasiswa. Kalo ngedenger tugas tuh aduhay bikin nguap kalo mau ngerjain. Entahlah tugas macam apa itu yang bikin nguap, sepertinya segala macam tugas. Yang ujung-unjungnya tidoooor… tapi ga seekstrim gitu amat sih -__-

            Padahal tugas yang mampir, dikasih waktu buat gerjainnya. Tapi tetep aja kita ngerjainnya di waktu yang hampar deadline, ga ngerjain di awal-awal. Tapi yang aku ketahui, banyak orang-orang dari sebagian orang yang ngomong, kalo ngerjain tugas tuh suka ada ilhamnya tuh pas diakhir alias menuju deadline.

Percaya atau tidak itu karena adanya “The Power Of Kapepet”. Ya pasti aja kalo kita ngerjain pas tibanya si deadline datang pulalah si ilham membatu kita mengerjakan tugas. Jadi, jangan khawatir kalo tugas yang disuguhin tuh numpuk, dan jangan khawatir bagi anda yang males banget kalo ngerjain tugas di awal-awal, ilham akan membantu anda sebelum deadline menghampiri, karna percayalah bahwa “The Power Of Kapepet” itu ada.

Terciptanya 2012 & Lahirlah 2013


Di 2012.
Dan tak terasa, 2012 lebih mendewasakanku di taun sebelumnya. Banyak kisah yang ku alami. Yang membuat senyum ini begitu merona, tangisan yang mengharu, dan bersyukur tak ada tangisan yang menyesakan.
Yaa setiap tahun yang akan datang. Seperti halnya 2012 akan menjadi kenangan. Tiba waktunya 2013 yang akan terlahir. Maka tahun sebelumnya yang akan benar-benar pergi, hanya sekedar bayangan, maka tahun sebelumnyalah yang harus menjadi acuan. Acun untuk maju, untuk lebih baik, untuk lebih sukses, untuk lebih semangat, untuk lebih-lebih-dan lebih baik dari sebelumnya. Setuju? Harus!.
Oke, 2012… banyak pengalaman yang diproleh. Lebih dekat, dan terasa dekat dengan keluarga. Apalagi di dunia kuliah yang sedang saya jalani, pengalaman yang membanjiri, dan mendewasakan.
 2012-lah yang mulai memasuki babak tantangan di dunia kuliah ini. Babak yang juga menyenangkan. Dimulai dari sistem perkuliahan dan  ketika memasuki organisasi di dunia kampus. Yang lebih terasa adalah di pertengahan bulan, tepatnya ketika memasuki semester 3. Banyak kerjaan yang harus diselesaikan. Tugas kuliah yang wajib saya kerjakan karna sebagai mahasiswa yang baik. Tugas dari organisasi yang kudu juga saya jalani, mungkin bentuk dari loyalitas dan tanggung jawab yang harus di kerjakan.
Ketika saya mengikuti di dunia keorganisasian (Himpunan Mahasiswa) itulah yang mengenalkan saya dengan warga diluar mahasiswa di negeri ini, Indonesia. Mereka mahasiswa University Malaya (UM) Malaysia. Tahun 2012-lah yang mempertemukan, mengenalkan kami, dan 2012-lah yang memulai silaturahmi kami, dan semoga tidak ada tahun yang akan mengakhiri silaturahmi dan kerja sama antara kami. Amin.
Tiga bulan akhir dari 2012 jugalah yang mampu membuat saya untuk membuka hati. Sekian lamanya, lebih dari lima tahun yang sulit untuk membukanya. Tapi bersyukur, entah the power yang bernama apa, yang membuat hati ini bisa membuka, meluluh.
Yang kusesali selama 2012 ini adalah beberapa rancangan program dalam hidup saya yang tak bisa saya jalani bahkan yang tak mampu saya proleh. Bukan karna tak mampu, tapi karna hidup saya yang tidak tegas untuk menentang kemalasan. Hemmm sangat ku sesali. Tapi itu adalah PR untuk program hidup saya di tahun yang akan segera lahir 2013.
Banyak sekali kisah, pengalaman, hal, bahkan sesuatu yang terjadi di tahun 2012.
Terciptanya sang 2012. Yang akan terlahirnya sang 2013, maka itu adalah sebuah acuan.  
             


Kamis, 24 Januari 2013

:')


Kenapa… engkau yang harus menangis bu?...
biarlah kisah itu yang akan mendewasakanku …
kisah yang akan memberikan untuk menguatkanku…
kisah yang akan membangun diriku …
bu…
bu…
buu…
Bu… Engkau yang menyayangi anakmu,
engkau yang menjadi penasehat anakmu,
engkau yang selalu perhatian pada anakmu… terimakasih…
Tapi aku mohon… simpanlah air matamu untuk demi sebuah kebanggaanmu, kebahagianmu dari ku untukmu…
Bukan… bukan untuk meneteskan air mata sebuah kisahku yang menjadi menyiksakanmu…
Terimakasih atas perhatianmu…
Atas kasih sayangmu…
Atas nasehatmu…
Atas air matamu, namun itu yang tak perlu engkau teteskan…
Meski air matamu menetes dibalikku…

Senin, 07 Januari 2013

Aku adalah Talenta



Aku bukanlah seorang penulis  yang hebat…
Aku bukanlah seorang penyair yang hebat…
Aku bukanlah seorang pendongeng yang hebat…
Aku bukanlah seorang  pembicara yang hebat…
Tapi aku… aku adalah talenta!
Meski aku bukanlah seorang penulis yang hebat…
Meski kelemahanku… belum bisa menarikan kata, kalimat, ataupun tulisan
Tapi itu adalah belum terwujud
Mungkin nanti… aku akan menjadi seorang penulis yang hebat
Karna aku adalah talenta!
Meski aku bukanlah seorang penyair yang hebat
Meski kelemahanku… belum bisa menghidupkan, menghipnotis seseorang
Tapi itu adalah belum terwujud
Mungkin nanti… aku akan menjadi seorang penyair yang hebat
Karna aku adalah talenta!
Meski aku bukanlah seorang pendongeng yang hebat
Meski kelemahanku… belum bisa bercerita mempengaruhi seseorang
Tapi itu adalah belum terwujud
Mungkin nanti… aku akan menjadi seorang pendongeng yang hebat
Karna aku adalah talenta!
Meski aku bukanlah seorang pembicara yang hebat
Meski kelemahanku… belum bisa mengngangkat orang yang terjatuh
Tapi itu adalah belum terwujud
Mungkin nanti… aku akan menjadi seorang pembicara yang hebat
Karna aku adalah talenta!
Karna aku adalah talenta… talenta yang mewujudkan…

"Apakah Aku Pantas?... mengeluh"


Sedikit saja… ijinkan aku tuk menulis dan mengungkapkan…

            Jika aku pantas untuk mengeluh, kecewa… aku akan mengungkapkannya… tapi apakah aku pantas?...
Kenapa disaat kepercayaan itu telah ada, kasih sayang itu telah ada, cinta itu telah ada.. tapi… tapi kenapa menghilang, pergi begitu saja… ketika keercayaan, kasih sayang, cinta itu telah tumbuh? Kenapa?... dan terpaksa membiarkan layu… terluka…

            Kenapa aku harus terperangkap dengan soal pilihan…

            Soal pilihan yang akan menjadi perangkap …

“jika hidup itu soal pilihan… bagaimana caranya kau melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu”

-Tere liye-

            Pilihan terkadang membutakan… lalu tersungkur

            Pilihan terkadang keberuntungan… lalu  merona

Mungkin… kata “mungkin” yang membuat hati ini lebih tenang
Yaa… mungkin…
Tapi… ini bukan mungkin…
            Karunia… kebahagiaan… apapun yang membuat kita bahagia… percayalah janji Tuhan atas karunianya, dan kebahagiannya tidak cukup sampai disini, berhenti disini… dan itu bukanlah suatu pilihan… bukan pilihan…
Karunia dan kebahagian itu akan terus mengalir…
meski darah ini berhenti mengalir…
meski jantung ini berhenti berdetak…
itu takkan berhenti. Kecuali dengan kita mengikat janji Tuhan itu dengan bersyukur…

tapi… masih kah aku pantas untuk mengeluh… kecewa…
benar, aku tak pantas untuk mengeluh, bahkan kecewa…
Tuhan saja tak berhentinya memberikan atas karunia dan kebahagiannya yang takkan pernah berhenti disini… janji Tuhan…
Tapi… masih kah aku pantas untuk mengeluh… kecewa… bahkan menyesal…
Benar, aku tak pantas … untuk semua itu…
Karna nikmat mana yang kau dustakan”
Dan karna itu aku tak pantas untuk mengeluh, kecewa, bahkan menyesal dengan nikmat yang telah diberikan-Nya…

Kamis, 03 Januari 2013

"Titik"


 1 : VERSUS

Pantai…

“Pantai… suansananya panas. Pengecualian, panas alami. Tapi, tempat yang paling menyenangkan. Dan… tapi, tempat yang selalu dirindukan oleh banyak orang yang menyukai pantai”.

“Akan ku berikan untukmu, ketika kau berada di pantai. Yah… keindahan pantai itu tak ternilai yang tak terhingga. Tak percaya?... ikutiku!. Oke, sebelumnya, akan ku perkenalkan juga, bahwa pantai akan menghipnotismu dalam dunia kedamaian. Masih tak percaya?, oke.. oke… tunggu sebantar, satu lagi… yang terakhir, pantai akan membangkitkanmu dalam suatu kekaguman pada sang pencipta. Tak percaya? Masih tak percaya? Mari kita rasakan bersama, akan ku bagi itu semua”. Ngomong, ngajak tah tau kesiapa, depan cermin, kebiasaannya. Dia lahir di daerah Pantai. Rafasa. Anak pantai…


Gunung…

“Aku bukan anak gunung. Yang terlahir digunung, yang tinggal digunung, bahkan aku tak pernah merasakan naik gunung. Tak mengenali suasananya”. Mengangkat kedua bahu, kedua tangan, memicingkan mata.

Ada yang bisa berbagi? Seperti apa itu gunung? Tentunya berbeda dengan pantai. Pasti.

Tapi ternyata stetmenya sama. Seperti yang digambarkan. Gunung membawa keindahan, membawa kedamaian, dan membawa kekaguman kepada Sang Pencipta.

“Sejuk… bahkan… jika malam lalu beranjak pagi, dingin mencekam. Ketika pagi beranjak merangkak ke siang… maka nyanyian burung, membangkitkan semangat. Gemercikan air,  Gesekan daun atar daun hemmm mengalahkan biola yang merdu. Menenangkan jiwa. Dengan merentangkan kedua tangan, memejamkan mata, mulai menghirup – perlahan. mulai – terasa terbang”. memperagakan diatas meja dosen.

“hei… saat siang lalu menghampiri sore, burung-burung pun tetap menyanyikan, riuh-riuh menghasilkan harmoni. Menandakan satu-dua ingin berkenalan, jatuh cinta hhaha. Alam disana ditakdirkan membawa kedamaian. Akan menjamin kehidupan yang tenang. Tapi… tergantung orang tersebut, jika akan mengganggu kedamain yang telah diberikan. Maka… mereka tak member ampun, membalasnya… kesetanan”. Seperti melantunkan sebuah dongeng, dan tiba-tiba sang pencerita gunung, ah bukan pencerita gunung… tapi memang ia terlahir di gunung, Giano… anak gunung. Berubah mimik beramarah. “dan… itulah alamku, gunung… pemberi ketangguhan bagi siapa yang berani!”.


Titik Tengah - Kota…

            Ketiga orang tersebut masih membahas Pantai – Gunung. Keduanya saling menjatuhkan. Yang satu terlihat mengangguk-ngaguk, entah mengerti entah tidak. Polos. Terlahir di Kota, Regan… anak Kota. Anak polos bijaksana.

“yahhh.. namun bagaimanapun… Bahwa, dimana orang yang terlihat berada digunung, maka orang tersebut adalah tangguh. Berbeda dengan pantai, dimana orang terlihat dipantai apalagi ditepian pantai, maka orang tersebut sedang berleha-leha... malas, pe-ma-las hha” dengan mengibas-ngibaskan tangannya berlahan-pelan dihamparan angin. Menegaskan sang berleha-leha yang digambarkan. Lalu tertawa pelan melecehkan. “hei ia gan?” Giano mencari pendukung.

“Hei!...” Rafasa mencoba memotong dan menjelaskan.

“heh ga baik potong-potong… tenanglah Raf… memang benarkan seperti itu?”. nada memancing. “heh… lu kan yang suruh gue cerita? Ya memang begitulah perbedaan dari Pantai dan Gunung Raf”. Giano tersenyum manis pertanda melecehkan.

“Owww… anjrit banget ni orang. Hei! Gue ga ngajak lu ribut! Cerita sih cerita, tapi gak usah ngejelek-jelekin tanpa lo tau yang sebenernya. Pernah kepantai aja belum! Sialan lu”. Muka bĂȘte Rafa mulai nyala.

 “eh-eh-ehh.. lupa pada yaa… aneh gue, baru kali ini gue liat lu-lu pada debatin yang ga penting, ga bermutu tau. Terus gak nanya gimana keadaan dikota, itu kan tempat kelahiran gue ahhh ga care nih… huh! Pantai-gunung-pantai-gunung terus aja debatin itu”. Mencoba menengahi tapi tetep tuh anak jeles, iri juga.

Serentak Rafasa dan Giano menolak “GAK PEN-TING!!!”. Sebenernya ngapain juga Rafasa dan Giano nanya-nyanya ngebahas tentang Kota, toh mereka sedang merasakan keadaan diKota, yang menurutnya sumpek, pengap, bau, kotor, hah tak ada indahnya. Tapi perlu dikeritisi supaya ada perubahan kan. Kota yang mereka jejaki sekarang, sebenernya kepaksa. Tuntutan orang tua. Untuk kuliah. Niat kuliah sih, tapi jurusan yang mereka ingin, keinginan orang tua. Lagian mereka berdua, Rafasa dan Giano lebih senang, bahkan lebih bangga kalau kuliahnya itu di provinsi kelahirannya. Tanpa bisa menikmati keindahan, kedamaian, dan kekaguman Sang Pencipta Alam yang alami, natural.

Gondok yang masih dirasain Rafasa, dia coba lanjutin topic tadi tapi tanpa Regan. Giano, dengan mantap ngangguk-ngangguk “oke, tanpa Regan” sambil menunjukan sesosok Regan dengan dagunya, lalu tertawa.

Entah memang hujan uda reda, entah emang jeles si Regan pamit pulang duluan. “shit banget lu pada, yauda lanjut aja tuh debat kalian, gue pulang duluan guys… jangan ada yang nebeng!!! Puas lo?! Hhaha”.

Terbirit-biritlah si Rafasa dan Giano inget uang di dompet mulai tipis, ngejar-ngejar Regan minta tumpangan. “Gan…Gan… tunggu nape? Gue mau emmm nebeng, kan lu tau isi dompet gue uda tipis, yah… emm emang dah lu ma orang yang paling baek sedunie su’ran dah”. Dan bcicitcicitcicitcitcicitcitcitcit si Giano ngolo-ngolo1 minta nebeng, yang kepaksa mohon-mohon minta nebeng, yang sebenernya ogah dan anti banget dengan mohon-mohon. Giano tipe orang yang cu’ek, tampilannya ngasal tapi bikin cwe-cwe kampus kelepek-kelepek. Gaya orang pendaki gunung, kekampus pun dia hobby pake sepatu gunungnya, celana jins, dan kaos berkerah. Dipadukan dengan jaket sport yang selalu gonta-ganti karna emang hobbynya koleksi jaket. Ditambah ransel dominan hitam berpolet merah yang menandakan berani. Jam tangan, kalung dan gelang yang selalu menjadi ciri khas dia. Gagah.

Disusul Rafasa giliran dia yang mohon-mohon. Beda ama si Giano, Rafasa lebih ga gengsian, malah pas mohon-mohon buat nebeng, dia juga mohon minta diteraktirin makan yang berbau seafood. “yah… yahhh… ajakin gue makan, beneran perut gue keroncongan gak papalah ama ikan asin juga…” dandanan Rafasa bisa dibilang cuek juga kalo dibanding ama cwe kota yang berpenampilan rapi, maching sesuai jaman tapi kadang sebagian ada yang rempong. Tapi, walau begitu dia terlihat cantik, putih walau dia terlahir dipantai, berwajah pirus, berambut galling agak pirang, tinggi, cocoknya sih kalo jadi model. Tapi Rafasa tidak berkeingin untuk seperti itu.  Tapi sayang terlihat cantik, dan elok namun dibalik itu dia cwe super duper blo’on. Cwe yang ga bisa nangkep sekali duakali penjelasan, setidaknya tiga kali. Tapi banyak tuh cwo-cwo yang ingin nyantol ke dia.

Untuk Regan, dia cwo perfect. Beda ama Rafasa dan Giano. Soal penampilan dia lebih memperhatikan. Malah sering perawatan. Rapi banget penampilannya tu, eh bukan penampilannya aja… tapi kamarnya yang bukan lagi segede lapang bola tapi segede lapang golf… rapi bener, tertata apik. Walau dia bisa dibilang perfect, tetep dia terlahir jadi malaikat buat Rafasa dan Giano yang satu lagi terlahir tidak menyombongi atas apa yang dia miliki. Ramah. Dia juga sama banyak fans cwe-cwe kampus.

“oke.. oke.. mana bisa sih gue nolak, apalagi liat dua orang depan geu sekarat, sekarat dompet maksudnya sob… tapi ngomong-ngomong ga jadi nih lanjutin debatnya?” mereka tertawa. Refasa dan Giano saling tatap. “oh masalah itu dipending dulu, yang penting isi perut…” sambil menepuk-nepuk peruk kemplengnya, dan tertawa lagi. “hemmm untuk itu gue setuju ama lu Raf, gue tunggu lanjutan debat kita di chat nanti malem!” Giano nantangin “oke!” tersenyum getir. Dan memasuki mobil.