Minggu, 27 November 2011

Keputusanmu=Ijinnya


KEPUTUSANMU = IJINNYA

Cipta: Heni Kurniati

Plip… “asalamualaikum, ya hallo?, gimana hasilnya sa”. Dengan nada bergetar dan ragaku yang terasa mau rubuk, #hahaha lebay
“walakumsalam hen, wahhhh selamat-selamat kamu keterima di PGSD UPI hen…”
“hah???, beneran sa?, awas ya kalo bo’ong!”. Perasaanku masih tak menyangka kalo aku keterima di PGSD UPI, soalnya aku pikir aku ga akan keterima lagian saingannya banyak.
Spontan aku loncat-loncat, kebahagianku datang air mataku seakan-akan menghiasi pipiku. Aku, aku ingat ini semua berkah yang Allah berikan. Ketika syukur mengiringi kebahagianku, yang kurasa saat itu semakin bergetar hati ini, semakin terasa berkah yang Allah berikan dan semakin air mataku mengalir mengiringi kebahagianku.
Rasa syukur yang ditemani malam yang terasa indah dengan senyuman bintang-bintang yang seolah-olah memberikan pertanda ucapan selamat padaku. Hatiku saat itu terasa paling bahagia, dan terasa bahwa Allah menemani kebahagianku yang kurasa saat itu.
Srettt, tubuhku terasa melayang, dan ternyata???, Ibu!, Ibuku memberikan senyuman renyah padaku. Ucapan selamat, dan pelukan yang hangat dan usapan tangan yang lembut yang ia berikan.
“de, selamat yaa.. ibu bangga!”, kamu harus selalu bersyukur pada Allah!”. Ibu menetskan air matanya untukku. Kami berdua terlarut dengan tangisan itu.
“bu, aku mau kewarnet, aku pengen mastiin kepastiaannya”.                                               
“jam segini?!”, ibu mengkerutkan keningnya, karna memang waktu menunjukan seperempat malam.
“ya  bu, lagian takutnya infonya ga jelas bu…”.
“yaudah ibu ikut anter, lagiankan ini udah malem”.
Sekali lagi… malam itu terasa damai. Ketika diperjalanan, aku pegang tangan ibu dan menyandarkan kepala dipundak ibu. Karna saat itu cuaca terasa dingin, namun hatiku terasa hangat.
#warnet… aku langsung menempati tempat yang kosong.
Tanpa basabasi aku ngambil card nomor 9, dan langsung membuka website SNMPTN Undangan. Dan… aku liat siapa saja yang terdaftar Di PGSD UPI, dan hasilnya….. bismilah…jreng…jreng kucari namaku “Heni Kurniati Nomor Peserta 411…” TIDAK ADA dipapan pengumuman website itu. Kuliat setiap sudut atas sampai bawah sampai kuulang dan kuulang, dan ternyata emang TIDAK ADA namaku disana.
Hufffftttt… helaan nafasku, membuat ibu penasaran apa yang terjadi.
“gimana hasilnya???”. Ibu penasaran.
Aku ingat… yak au ingat. Aku langsung liat kartu peserta SNMPTN Undangan, mataku langsung terbelalak melihat tulisan “PGPAUD Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia”, “akkkkkkkhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!, berarti selama ini aku salah milih jurusan. Bukan PGSD, melainkan PGPAUD… rasanya ingin teriak, AKU SALAH, AKU SALAH, DAN AKU SALAH…, kenapa aku ga teliti?!, akkhh, kenapa bisa gini yaa Allah?”. Aku terus bergelut dengan pertanyaan dihati.
“bu… aku ga keterima di PGSD, tapinya aku keterima diPGPAUD!”.
Sontak ibu kaget. “hah???, PGPAUD???, bukanya kamu daftar dijurusan PGSD?, kenapa jadi di PGPAUD?.
“ga tau bu aku juga…”, aku bingung, aku harus bagaimana. Mana aku harus cepat-capat daftar ulang, kalo ga aku dianggap memundurkan diri…
“kenapa kamu bisa milih PGPAUD?, emangnya kamu niat jadi guru TK?”. Kata-kata ibu bagaikan petir yang menyambar hatiku, dan apa dari maksud pertanyaan itu?, entahlah.
“ga tau, mungkin pas pendaftaran aku terburu-buru milih jurusannya”. Aku coba jelasin, sembari meraba kejadian pas pendaftaran. Seingat aku sih, emang aku terburu-buru, soalnya pas pendaftaran aku kesorean, malah mementingkan maen… aku nyesel itu!, sampe-sampe aku teledor. “yaudah jadinya sekarang aku nerima kesempatan itu atau aku tolak aja bu?”, aku pasang wajah tanpa beban, meski sebenarnya aku bingung, aku ga mau kalo sampe harus nolak kesempatan ini.
“yaudah, kamu tolak itu, dan ikut ujian yang berikutnya!”. Ibu semudah itu memberi keputusan, padahal selama ini aku ngikutin ujian itu sungguh-sungguh. Aku sadar, yaa aku sadar.. kalo aku teledor, ga teliti, tapi ga semudah itu aku bisa ngebatalin pintaan ibu. Sebenarnya aku berat dengan pilihan ini:
Pertama: apabila aku ga nerima kesempatan ini, sekolah SMAku yang rugi, sebab ade kelasku nantinya ga akan diberi kesempatan untuk masuk keuniversitas yang aku tolak.
Kedua: terus kalo aku ga nerima itu, aku harus ngikutin ujian berikutnya, dan tentunya peserta yang mengikuti ujian itu lebih banyak, lagian aku ngerasa pesimis ga akan lolos.
Ketiga: doa yang aku inginkan untuk meminta pengabulan dari Allah, aku hanya ingin… aku ingin ijin dan ridhonya Allah, supaya aku keterima di universitas yang aku pilih. Poin inilah yang saat itu membingungkanku, kenapa?, aku akan ngerasa bersalah, jika aku ga nerima kesempatan yang Allah tunjukan dengan ijinnya itu . karna sekali lagi, aku berdoa hanya ingin ijin dan ridhonya Allah. Apa yang harus aku lakukan???, jika aku memilih jawaban dari Allah berarti aku menentang keputusan ibu, namun jika aku memilih pilihan ibu, bagaimana dengan keputusan Allah, yang aku minta saat itu?, dan yang ku nantikan petunjuk dari ijinnya.
            Sudah beberapa malam, aku ngerasa malam-malamku dilema. Malamku saat itu aku hiasi hanya dengan kebingungan dan tangisan, namun tangisan ini aku sembunyikan dari pandangan ibu, aku ga mau ibu ngeliat aku nangis. Aku hanya nunjukan semua cerita ini hanya bersama Allah dimalam yang membuatku merasa lebih dekat meski aku malu pada-Nya.
Ketika aku tertidur, disana aku merasakan jawaban yang samar-samar, “aku akan milih keinginan ibu…”, karna yang aku tau, ridhonya Allah itu tergantung ridhonya orang tua. Aku tetapkan pilihan itu “bismilah semoga ini menjadi yang terbaik”.
#subuh
“de.. kamu abis nangis ya?!”ibu melihat mataku yang agak bengkak+sembab, karna tadi malam.
“ahh.. engga bu!, aku mah ngerssa ga enak badan aja, kayanya kurang tidur aja kali ya!, hehehe”. Sambil cengengesan, aku ga mau ibu tau kalo beberapa malam ini aku nangis wae’. “ohh iya bu… aku bakalan ikutan ujian berikutnya lagi, janji deh ga akan teledor lagi, yaa… hiii”.
“emhh, tapi ibu udah ijinin kamu nerima SNMPTN Undangan itu, tapi ibu minta, kalo malem-malem tuh jangan nangis-nangis lagi, kan dikira orang curiga ada apa malem-malem ada yang nangis, haha”. Ibu tertawa kecil, sembari mengusap kepalaku. Kuliat mata ibu berkaca-kaca, aku nangis dipelukan ibu. Dan kali ini benar-benar tangisan bahagia.
“alhamdulilah, terimakasih yaa Allah, karna keputusanmu ijin ibu pun mengalir, makasih yaa Allah, Ibu, dan semua”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar